Cerita Sex Terbaru Pengantar Isi Ulang Air Dapat Full Servis
Narasi Seks Asli 2018 Ini narasi mengenai seseorang yang awalannya benar-benar menyukai Tante muda sebagai langganannya dalam isi kembali air, tetapi entahlah mengapa, nasib untung mendekati. bak mendapat durian roboh.
Sang tante malah ngerespon sang tukang air. Sejumlah bulan akhir ini saya kerap rindukan tante dina, beliau adalah berlangganan air isi ulangku yang ada di perumahan samping perumahanku. Ya, saya memang pebisnis depot air minum isi kembali, umurku 34 tahun, dan tante dina ialah seorang ibu satu anak yang umurnya mungkin seumuran denganku.
Cersex Dewasa – Untuk bertanya usia tentunya, malas sekali saya melakukan, karena yang saya mengetahui permasalahan usia ialah permasalahan yang peka untuk seorang wanita, apalagi untuk wanita yang telah menikah dan mempunyai anak.
Rasa kangen ini bermula saat sesuatu pagi saya mengantarkan air ordernya, waktu itu saya menyaksikan wanita ini membantu langkahku ke arah dapurnya cukup dengan memakai celana dalaman (celana tipis terbuka selutut-pembaca mungkin tahu bentuk dan nama celana ini), akhirnya celana dalamnya dan bentuk bokongnya terlihat terang di depanku. “ah…pagi-pagi telah mengganggu libidoku yang sebenarnya memang pada kondisi tinggi jika di saat pagi…” kataku dalam hati. “Naikin pak!!!” perintahnya membubarkan lamunanku.
“Apanya bu yang ingin dinaikin???” jawabku spontan ngaco karena tercemar pikiran kotor di saat tersebut. “ya galonnya atuh…naikin ke dispenser, memang apaan yang ingin dinaikin???” ucapnya sekalian menyunggingkan senyuman tipis dari bibirnya yang chubby.
Demikianlah awalannya saya mempunyai sakit hati kangen ke wanita tersebut. Sebenarnya kuakui kangen ini bukanlah kangen kasih sayang, tetapi tetapi kangen gairah. Sejak kejadian pagi itu, kerap saya memikirkan terkait tubuh dengannya, dan setiap saya mengantarkan air kerumahnya, tidak lepas mataku mencuri-curi pandang pada beberapa bagian tertentu badannya.
Payudaranya yang tidak besar, bundar melawan dari kembali pakaian yang dikenainya, pinggulnya yang lebih lebar makin menambahkan keelokan betuk bokongnya yang kelihatan tebal dan berisi, kulit punggung telapak tangannya saja putih bersih, apalagi selangkangannya, menurutku terlebih kembali. Karena sangat terobsesinya saya dengan badannya, hingga saya amalkan mantera yang saya bisa dari searching pada internet.
“niat ingsun kirim mimpen tujuh monitoran ning hatine tante dina binti fulan…blablabla….” Kubaca saat sebelum tidur sekitar 3x sekalian memikirkan mukanya lantas kepruk bantal 3x , dan paginya kerap saya temui ia habis mandi basah sesudah malamnya saya bacakan mantera tersebut. saya tidak tahu tentu apa mandi basahnya itu karena habis mimpi bersetubuh denganku atau karena hal-hal lain.
Tetapi yang jelas, semenjak saya amalkan bacaan itu, ada saja argumennya untuk lama-lama denganku dibanding sekedar hanya ngantar air “Cepat-cepat sangat, ngopi dahulu atuh.” Salah satunya contoh argumen dengan logat wilayahnya yang kental, atau “Pak tolong benerin ini dahulu donk!” “Tolong pasangin gas sekaligus ya pak!” dan beberapa kalimat pertanyaan singkat yang karakternya individu, dan yang terkesan ialah sorot matanya itu, menyaratkan rasa yang dalam.
Akhirnya sekarang saya dan tante dina makin dekat, tak lagi hanya jalinan penjual dan konsumen, kerap di antara jalinan usaha, kami isikan dengan sama-sama sharing, atau sekadar obrolan-obrolan singkat penuh berisi.
Berisi, karena dari percakapan tersebut pada akhirnya saya mengetahui jika sebetulnya dia tidak menyukai suaminya, dari obrolan-obrolan tersebut pada akhirnya saya makin mengenali wanita itu, dan begitu juga ia kebalikannya.
Tempo hari pagi sebagaimana umumnya saya ngantar air ke tempat tinggalnya, tetapi ini kali saya tidak menanti ia keluar dahulu untuk menemani saya menuntun galon dari pintu depan ke dapur seperti beberapa hari umumnya, tempo hari pagi, saya segera masuk saja karena saya saksikan pintu depan lebar terbuka tidak sama pagi-pagi umumnya, apalagi, saya telah akrab dengan rumah dan penghuninya ini. Langkahku berhenti karena terkejut dan hampir-hampir saja galon air ditanganku terlontar karena dengar pekik wanita di sudut ruangan tengah rumah ini.
Muka wanita yang memekik itu kenal bagiku, tetapi seonggok daging kembar yang menggelantung di dadanya itu yang membuat saya terpana tidak berkedip-kedip dibikinnya. Benar-benar saya takjub menyaksikan payudara yang asing di badan wanita yang kenal bagiku. Payudaranya memang betul tidak terlalu besar, tetapi bundar padat berisi, ukuran kelihatannya 32. Diujung payudaranya melekat puting besar kemerah-merahan. “Maa…maaf tante dina…” kataku grogi sekalian mataku tidak lepas darinya.
Dengan rileksnya ia menjawab, “ya sudah, tidak ada apa-apa, sayanya tanggung abisnya, sudah telanjur terlihat.” Ucapnya sekalian menggerak-gerakan ke-2 kakinya bermaksud membenarkan posisi celana dalam yang barusan dia gunakan. Selangkangan itu betul-betul putih, pahanya tebal berisi, ohhh….seonggok daging yang dibalik celana dalamnya itu, demikian tebal sampai tercetak terang di celana dalam hitamnya tersebut.
Perlahan-lahan saya rasa kemaluanku menggelinjang bangkit dari tidurnya. “hei…udah sana atuh terusin ke dapurnya, justru bengong demikian.” Ucapnya sekalian berusaha menyangkutkan BH warna hitamnya. “Ta….” Belum usai saya berbicara, ia telah menyela, “sudah tidak ada apa-apa, kaya dengan orang baru mengenal saja, gak perlu di tolong, saya dapat dan biasa makai baju sendiri setiap habis mandi. Sudah simpan galonnya didispenser sana, kalau kelamaan justru sayanya kelak menjadi malu.”
Tanpa menanti perintah 2x, selekasnya saya berlari kecil ke arah dapur bermaksud dapat segera balik lagi ke ruangan tengah ini untuk melihat panorama cantik dari badan padat imut tante dina berlangganan sekalian temanku sekarang.
Tetapi sayang, wanita itu sekarang telah beralih sikap duduk di atas bangku tamu sekalian menyeka-usap rambutnya dengan handuk. Mataku, terus cari seonggok daging yang sekarang tertutup dengan u can see merah dan celana pendek hitam. “Habis mandi basah tante dina?” godaku sekalian memrebahkan bokong di seberang bangku yang ia menempati. “Tahu nih, semalem setelah mimpi sedap dengan orang, tetapi sayang bukan sama suamiku.” “Ucapnya engga cinta, tetapi ngarepin mimpi sama suaminya sich?” jawabku spontan.
Ia cuma menyinyir genit sekalian mencubit pinggangku dan berakhir meninggalkanku ke kamar. Dalam event semacam ini, ialah saat yang pas untuk selalu memikat dan membujuknya dengan tujuan dapat nikmati badannya yang sejauh ini saya bayangankan. Tetapi keberanianku sirna semenjak saya menikah dengan gadis alim berhijab 2 tahun lalu.
Walau sebenarnya saat lajang dahulu saya demikian mahir memikat dan membujuk wanita untuk menaklukannya supaya bertimpuh ke dekapanku. Pada event semacam ini dapat saja saya meng ikutinya ke kamar, terus menangkap dan merengkuhnya, mencumbunya dan pada akhirnya meniduri badan mulus tersebut.
Apalagi kelihatannya lampu hijau telah ia hidupkan sebagai pertanda ia buka dianya untuk di cicipiku. Justru sebelumnya pernah sesuatu pada saat kami sama di dapur yang Hanya memiliki ukuran 1×2,5 m saat saya ingin mengusung galon ke dispenser, dan ia sedang membersihkan piring, mau tak mau saya harus melalui badannya dengan mendekat karena sempit dan sesaknya dapur ini dengan perlengkapan.
Di saat itu, kemaluanku menyenggol bokongnya yang bergoyang-goyang selaras dengan pergerakan tangannya membersihkan piring. Langkahku tidak saya lanjutkan ke arah dispenser, karena saya rasa ia menggesek-gesekan bokongnya ke kemaluanku sekalian berbicara “sempiiiit atuhhh….tetapi cukup ya???”
Benar-benar, tempo hari pagi keberanianku menaklukan wanita lenyap, walau sebenarnya di dalam rumah ini cuma ada kami berdua, anaknya sekolah, suaminya kerja, dan tante dina telah menungguku dalam kamar sana, mungkin……………… Begitu Narasi kami, mudah-mudahan melipur dan menjadi pelajaran buat kita semua. salam tante tante riang.