Cerita Sex Mbak Limah Di Perkosa Abang Kandung

Cersex Dewasa2018 Rintik-rintik hujan mulai turun makin lebat. Mbak Limah yang bekerja di dalam rumah abangku ini segera ke halaman belakang untuk ambil jemuran. Selanjutnya, “Den Mad!”, teriaknya keras dari belakang rumah. Saya berlari ke arah arah suaranya dan menyaksikan Mbak Limah terduduk di pinggir jemuran. Kain jemuran bersebaran disekelilingnya.
“Den Mad, tolong Mbak Limah bawakan kain ini masuk”, pintanya sekalian menyeringai mungkin meredam sakit.
“Mbak barusan terpeleset”, tambahnya.
Saya cuma menggangguk sekalian ambil kain yang berantakan lantas samping tanganku coba menolong Mbak Limah berdiri.
“Sesaat Mbak. Saya membawa masuk dahulu kain ini”, kataku sambil menolongnya menggenggam kain yang ada di tangan Mbak Limah.

Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.

Saya segera masuk ke rumah. Kain jemuran kuletakkan di kasur, di dalam kamar Mbak Limah. Saat saya mendekati Mbak Limah kembali, ia telah setengah berdiri dan coba jalan terhuyung-huyung. Hujan makin lebat seolah diberikan semua dari langit.
Saya membimbing Mbak Limah masuk ke dalam kamarnya dan mendudukkan di atas bangku. Dadaku berdetak kuat saat tanganku terjamah buah dada Mbak Limah. Berasa kenyal hingga membuat darah mudaku tersirap naik. Kuakui walaupun dalam usia awalnya 30-an ini Mbak Limah sangat menarik bila dibanding kakak iparku yang berumur 25 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan potongan tubuhnya yang tetap mengundang perhatian lelaki. Tidaklah aneh, sebelumnya pernah Mbak Limah ketahuan oleh abangku bermesraan sama lelaki lain.

“Tolong ambilkan Mbak handuk”, pinta Mbak Limah saat saya tetap tercenung-mangu.
Saya ke arah almari baju lantas keluarkan handuk dan kuberikan padanya.
“Terima kasih Den Mad”, ucapnya dan saya hanya menggangguk-angguk saja.
Kasihan Mbak Limah, ia ialah wanita yang terlemah halus. Suaranya lembut dan halus. Bibirnya selalu terukir senyuman, meskipun ia tidak tersenyum. Rajin dan sebelumnya tidak pernah tinggi hati atau menentang. Dia anggap rumah abangku seperti rumah keluarganya sendiri. Tidak pernah ada yang memerintahnya karena ia mengetahui tanggung jawabannya.

Terkadang saya memberikannya sedikit uang, jika saya tiba ke situ. Bukan lantaran apa, karena ia memiliki karakter yang bisa membuat orang sayang padanya. Abangku sebelumnya tidak pernah membentaknya. Upahnya tiap bulan diletakkan di bank. Bajunya dibelikan oleh kakak iparku hampir tiap bulan. Memang ia elok, dan tidak tahu apa penyebabnya sampai suaminya mencerainya. Beritanya ia tidak suka karena suaminya bermain serong. Nyaris enam tahun lebih ia menjanda sesudah menikah cuma tiga bulan. Saat ini ia baru berumur 33 tahun, masih terbilang muda.

Jika permasalahan kecantikan, memang kulitnya putih. Ia turunan Cina. Rambutnya mengurai lempeng sampai ke pinggang. Dibanding dengan kakak iparku, masing-masing ada keunggulannya. Kelebihan Mbak Limah adalah sikapnya ke semuanya orang. Budi bahasanya lembut dan santun.
Mbak Limah berdiri lantas coba jalan ke arah kamar mandi. Menyaksikan kondisinya tetap terhuyung-huyung, secara cepat kupegang tangannya untuk menolong. Samping tanganku menggenggam pinggang Mbak Limah. Kutuntun ke arah pintu kamar mandi. Berasa sayang untuk kulepaskan peganganku, samping kembali tanganku menempel di pinggangnya.

Mbak Limah menghadap ke diriku saat kutatap mukanya. Mata kami sama-sama bertatapan. Kusaksikan Mbak Limah kelihatannya suka dan menyenangi apa yang kulakukan. Tanganku menjadi lebih berani menyeka-usap lengannya lantas ke dadanya. Kuusap dadanya yang kenyal menegang dengan puting yang mulai mengeras. Kudekatkan mulutku untuk mencium pipinya. Ia beralih ke samping, lantas kutarik pipinya. Mulut kamipun berjumpa. Saya mencium bibirnya. Berikut pertamanya kali saya melakukan ke seorang wanita.

Erangan lembut keluar mulut Mbak Limah. Saat ke-2 tanganku meremas punggungnya dan lidahku mulai menjalari leher Mbak Limah. Ini semua karena film BF dari CD-Rom yang kerap kutonton dari rumah rekan.
Mbak Limah bertumpu ke dinding, tapi tidak meronta. Sementara tanganku menyelusup masuk ke pakaiannya, mulut dan lidahnya kukecup. Kuhisap dan kugelitik langit-langit mulutnya. Kancing BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas menyeka buah dadanya. Putingnya kupegang secara halus. Kami sama tenggelam dibuai kepuasan meskipun kami tetap berdiri bertumpu pada dinding.

Kami terangsang tidak karuan. Napas kami makin mengincar. Saya merasa badan Mbak Limah menyandarkan ke dadaku. Ia kelihatannya pasrah. Pakaian daster Mbak Limah kubuka. Dalam sinar remang dan hujan deras itu, kutatap mukanya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang sejauh ini terbungkus rapi menghias dadanya kuremas pelan-pelan.
Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan-lahan. Kuhisap puting yang mengeras itu sampai memeras. Mbak Limah makin resah dan napasnya tidak teratur kembali. Tangannya liar menarik-narik rambutku, dan saya terbenam di sela buah dadanya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah, “Ssshh…, sshh!”.
Puting payudaranya yang mengembang itu kujilat berkali-kali sekalian kugigit pelan-pelan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku sekarang main di pusar Mbak Limah, sekalian tanganku mulai menyeka-usap pahanya. Saat kulepaskan ikatan kainnya, tangan Mbak Limah makin kuat menarik rambutku.

“Den Maddd…, Den Mad”, suara Mbak Limah panggilku perlahan-lahan. Saya terus lakukan usapanku. Napasnya tersengal-sengal saat celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai sentuh wilayah kemaluannya. Rambut lembut disekitaran kemaluannya kuusap-usap perlahan-lahan.
Saat lidahku baru sentuh kemaluannya, Mbak Limah menarikku berdiri. Pandangan matanya kelihatan sayu seperti mengatakan suatu hal.sebuah hal. Pandangannya diperuntukkan ke arah tempat tidurnya. Saya selekasnya memahami tujuan Mbak Limah sambil membimbing Mbak Limah ke arah tempat tidur. Berbau kemaluannya menggairahkan sekali. Dengan 1 berbau ciri khas yang sulit dikisahkan.
“Den Maddd…”, bisiknya perlahan-lahan di telingaku. Saya termenung sekalian meng ikuti apa yang aku inginkan. Mbak Limah kelihatannya biarkan saja. Kami betul-betul terbenam. Mbak Limah sekarang kutelanjangkan.

Badannya tiduran terlentang sekalian kakinya sentuh lantai. Semua badannya cukup menarik. Wajahnya beralih ke samping kiri. Matanya terpejam. Tangannya dekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti meminta disentuh.
Puting susunya kelihatan berair karena liur hisapanku barusan. Perutnya mulus dan pusarnya cukup cantik. Kusaksikan tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang sudah melahirkan. Memang Mbak Limah tidak mempunyai anak karena ia berpisah sesudah menikah tiga bulan. Kakinya mendekat. Karena itu saya tidak bisa menyaksikan semua kemaluannya. Hanya beberapa kumpulan rambut yang lebat lembut menghias sisi bawah.
Selanjutnya, tanganku terus buka kancing bajuku satu-satu. ritsluiting jeans-ku kuturunkan. Saya telanjang bundar di depan Mbak Limah. Penisku berdiri tegang menyaksikan kecantikan figur badan Mbak Limah. Buah dada yang membusung dihias puting kecil dan wilayah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Sangat indah kupandang di sela pahanya. Mbak Limah terlentang kaku. Tidak bergerak. Hanya napasnya saja naik turun.

Baca Juga:  Cerita Bokep Daun Muda Monika

Lantas aku juga duduk di tepi kasur sekalian dekap badan Mbak Limah. Benar-benar halus badan imut Mbak Limah. Kupeluk dengan gaungs sekalian kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba-raba semua badannya. Sekalian menggenggam puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal tersebut. Kuusap-usap dan kuremas-remas. Gairahku terangsang makin luar biasa. Penisku sentuh pinggang Mbak Limah. Kudekatkan penisku ke tangan Mbak Limah. Digenggamnya penisku erat-erat lantas diseka-usapnya.

Memang Mbak Limah tahu apakah yang harus dilaksanakan. Wajarlah ia sebelumnya pernah menikah. Dibanding denganku, saya hanya tahu teori dengan menyaksikan film BF, hanya itu. Tanganku terus menyeka perutnya sampai ke sela selangkangannya. Berasa berlendir basah di kemaluannya.
Saya berpindah dengan posisi 69. Ternyata Mbak Limah memahami kemauanku. Lantas digenggamnya penisku yang telah tegang dan ditempatkannya ke mulutnya. Mataku terpejam-pejam saat lidah Mbak Limah melumat kepala penisku secara halus. Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sulit untuk dipikirkan begitu enaknya diriku. Bibir Mbak Limah berasa menarik-narik tangkai penisku. Tidak kuat diberlakukan demikian saya lantas mengeluh meredam nikmat.

Kubuka lebar-lebar paha Mbak Limah sekalian cari lubang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang sudah basah tersebut. Kujulurkan lidahku sekalian menggenggam clitorisnya. Mbak Limah mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Lubang kemaluan Mbak Limah makin memeras. Berbau kemaluannya makin kuat. Saya menjadi makin terangsang. Saat itu juga kusaksikan air warna putih keluar lubang vaginanya. Pasti Mbak Limah cukup terangsang, pikirku.

Saya kembali di posisi sebelumnya. Badan kami bertemu. Tangannya menarik badanku untuk rebah bersama-sama. Buah dadanya terhimpit oleh dadaku. Mbak Limah membenahi tempatnya saat tanganku coba menyeka-usap pangkal pahanya. Ke-2 Kaki Mbak Limah mulai buka sedikit saat jariku sentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Mbak Limah terangkut-angkat saat lidahku mengelilingi perutnya.
Pada akhirnya jilatanku sampai ke sela pahanya. Mbak Limah makin buka pahanya saat saya menjilat clitorisnya, kusaksikan Mbak Limah tidak bergerak kembali. Kakinya terkadang menjepit kepalaku dan lidahku repot cari beberapa tempat yang dapat datangkan kepuasan untuknya.

Erangan Mbak Limah makin kuat dan napasnya juga yang tetap mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam meredam kepuasan. Saya menanyakan, “Bagaimana Mbak rasanya?”, suaraku halus dan sedikit manja. Ia tidak menjawab. Ia cuma buka matanya sedikit sekalian menarik napas panjang. Saya memahami. Itu bertanda ia sepakat. Tanpa diminta, saya arahkan penisku ke lubang vaginanya yang sekarang sudah lebar terbuka. Lendir dan liurku sudah banjir di gerbang vaginanya.
Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir tersebut. Pelan-pelan kutekan ke. Penekanan penisku memang cukup sedikit sulit. Berasa sempit. Kusaksikan Mbak Limah menggeliat seperti kesakitan.
“Perlahan-lahan Den Madd!”, Mbak Limah bicara dengan napas sesak. Saya saat ini memahami. Kemaluan Mbak Limah telah sempit kembali sesudah enam tahun tidak ditiduri, meskipun ia tidak perawan kembali. Memang saya belum eksper kerena ini adalah pertamanya kali saya meniduri seorang wanita walaupun umurku telah masak.

Kutekan kembali. Kumasukkan penisku pelan-pelan. Kutekan punggungku di depan. benar-benar berhati-hati. Berasa memang sempit. Lantas Mbak Limah menggenggam lenganku erat-erat. Mulutnya meringis mirip orang sedang menggigit tulang. Cuma beberapa penisku yang masuk. Kubiarkan sesaat penisku stop, termenung. Mbak Limah termenung. Tenang.
Dalam pada itu, kupeluk badan Mbak Limah dengan gaungs sekalian mainkan buah dadanya, menjilat, menyeka dan menggigit-gigit halus. Mulutnya kukecup sekalian lidahnya kumainkan. Kami sudah benar-benar bergairah dan terangsang.

Selanjutnya saya menanyakan dengan suara halus, “Ingin diteruskan…?”. Mbak Limah buka matanya. Di bibirnya kelihatan senyuman manis yang menarik.
Kutekan penisku ke. Selanjutnya kutarik ke belakang pelan-pelan. Kuhentakkan pelan-pelan. Memang sempit kemaluan Mbak Limah, mencengkeram semua tangkai penisku. Penisku berasa seperti terhisap dalam vagina Mbak Limah. Kami semakin terangsang!
Penisku mulai masuk kemaluan Mbak Limah lebih lancar. Berasa hangatnya benar-benar menarik. Mata Mbak Limah terbuka melihatku dengan pandangan yang sayu saat penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar menanti perlakuanku seterusnya.

Dikit demi sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya. Mbak Limah mendesah dan mengeluh bersamaan dengan masuk-keluarnya penisku di kemaluannya. Terkadang punggung Mbak Limah terangkut-angkat menyongsong penisku yang telah menempel di kemaluannya.
Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku bersamaan dengan napas kami yang tidak teratur kembali. Sesuatu saat saya rasakan tubuh Mbak Limah melafalkanng dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya merengkuh erat-erat pinggangku. Punggungnya terangkut tinggi dan satu keluh kesah berat keluar mulutnya secara perlahan. Renyutan di kemaluannya berasa kuat seolah melumatkan penisku yang tertancap didalamnya.

Goyanganku makin kuat. Kasur Mbak Limah bergoyang keluarkan bunyi berdecit-decit. Leher Mbak Limah kurengkuh kuat sekalian tubuhku rapat menindih tubuhnya. Saat itu seakan-akan saya rasakan ada renyutan yang mengisyaratkan air maniku akan keluar. Renyutan yang makin keras membuat penisku makin menegang keras. Mbak Limah menyeimbanginya dengan menggoyahkan pinggulnya.

Goyanganku makin kuat. Kemaluan Mbak Limah makin keras menjepit penisku. Kurangkul badannya kuat-kuat. Ia diam saja. Bertumpu pada badanku, Mbak Limah lesu seperti tidak berkekuatan. Kugoyang terus sampai badan Mbak Limah seperti terbuncang-guncang. Ia biarkan saja tindakanku tersebut. Napasnya makin kuat.

Pada kondisi benar-benar menarik, pada akhirnya saya sampai ke pucuk. Air maniku muncrat ke kemaluan Mbak Limah. Tergetar tubuhku saat maniku muncrat. Mbak Limah mengait pahaku dengan kakinya. Matanya lebar terbuka melihatku. Wajahnya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Napasnya tersengal-sengal. Ia mengeluh cukup kuat.
Waktu saya memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menusuk masuk ke. Kusaksikan Mbak Limah menggelepar-gelepar. Dadanya terangkut dan kepalanya mendangak ke belakang. Saya lupa segalanya. Untuk sesaat kami rasakan kepuasan tersebut. Sejumlah tusukan barusan memang membuat kami sampai ke pucuk bersama. Memang luar biasa. Benar-benar senang.

Memang berikut pertamanya kali saya lakukan senggama. Mbak Limah lah wanita pertama kali yang memperoleh air perjakaku. Meskipun ia seorang janda, buatku ia ialah wanita yang elok. Waktu kami lakukan senggama barusan, kami berangan-angan entahlah ke mana. Mbak Limah memang luar biasa dalam bermainnya. Sebagai seseorang yang sebelumnya tidak pernah rasakan kepuasan persetubuhan, buatku Mbak Limah benar-benar memberikan surga dunia.

Saya terbujur lemas disebelah Mbak Limah. Mataku terpejam rapat seakan tidak ada tenaga untuk membuka. Dalam hati saya senang karena bisa menyeimbangi permainan tempat tidur Mbak Limah. Kusaksikan Mbak Limah tertidur di sebelahku. Peristiwa yang sebelumnya tidak pernah kuimpikan, terjadi tanpa bisa dielakkan. Mbak Limah terlentang dengan mata tertutup seperti kecapekan, mungkin capek sesudah bisa hilangkan kemauan batinnya semenjak menjanda enam tahun lalu.
Kami tetap berangkulan. Selanjutnya Mbak Limah berasa seperti menyeka mukaku. Kubuka mataku. Ia tersenyum. Saya tersenyum. Seakan-akan kami tidak merasakan aneh berangkulan tanpa satu helai benang juga di badan kami. Ia mencium bibirku.

Baca Juga:  Cersek Bersambung Bu Vivin Pacar Gelapku

Ia berbisik ketelingaku, “Terima kasih ya Den Mad. Mbak…” Belum ia habiskan ucapannya, saya menanyakan,
“Mbak puas…?”. Ia tersenyum dan menggangguk. “2x!”, jawabannya singkat.
“Den Mad kamu memang luar biasa, penismu besar! Panjang!”, ucapnya.
Sementara itu dia mengocakkan tangkai penisku. Suaranya menghidupkan nafsuku.
“Mbak sukai?”, tanyaku. Ia tersenyum. Ia menggangguk pertanda sukai. Waktu itu tanganku menggenggam buah dadanya.
Tangannya mengocak terus penisku. Penisku tegang kembali. Kami menjadi terangsang kembali.
“Mbak ingin kembali?”, tanyaku dengan suara manja. Ia tersenyum manis.

Itil V3
Apa yang kuimpikan sekarang betul-betul jadi realita. Pelan-pelan kubuka selimutnya. Kusaksikan kaki Mbak Limah telah melafalkanng. Dikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah. Segunduk daging mulai kelihatan. Ufff…, detak jantungku berdegap lagi kuat. Kunikmati kembali badan Mbak Limah tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai berkembang di sekitarnya, terlihat berkilat di depanku.

Kurentangkan ke-2 kakinya sampai kelihatan sebuah sela kecil dibalik gundukan bukit Mbak Limah. Ke-2 belahan bibir imut kemaluannya kubuka. Lewat sela itu kusaksikan semua rahasia didalamnya. Saya menelan air liurku sendiri sekalian menyaksikan kepuasan yang sudah menunggu. Kudekatkan kepalaku untuk mempelajari panorama lebih terang. Memang cantik menghidupkan birahi. Tidak sanggup saya meredam ledakan birahi yang menghalangi napasku. Selekasnya kudekatkan mulutku sekalian mengecup bibir kemaluan Mbak Limah dengan bibir dan lidahku.
Rakus sekali lidahku menjilat-jilati tiap sisi kemaluan Mbak Limah. Berasa seperti tidak ingin saya sia-siakan peluang yang disajikannya. Setiap lidahku menekan keras ke sisi daging kecil yang mencolok di mulut vaginanya, Mbak Limah mendesis dan mendesah kenikmatan. Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan-lahan. Seringkali kusaksikan Mbak Limah melafalkanngkan kakinya.

Saya benar-benar nikmati berbau ciri khas dari lubang kemaluan Mbak Limah yang penuhi lubuk hidungku. Membuat lidahku bergerak makin mengganas. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Mbak Limah yang sekarang sedikit terbuka. Maunya pengin kumasukkan lebih dalam , tetapi tidak dapat. Karena mungkin lidahku kurang keras. Tapi, kelunakan lidahku itu membuat Mbak Limah seringkali mengeluh karena nikmat.

Pada kondisi telah terangsang, kutarik badan Mbak Limah ke posisi menungging. Dia mengikuti permintaanku dan menanyakan dengan suara manja.
“Den Mad ingin diapakan tubuh Mbak?”, bisiknya.
Saya rasa ia tidak pernah diberlakukan semacam ini oleh suaminya dahulu. Saya diam saja. Kuatur tempatnya. Tangannya meremas sprei sampai kusut. Air mani Mbak Limah telah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya. Kusaksikan dan lihat secara cermat. Memang saya sebelumnya tidak pernah menyaksikan kemaluan wanita serapat tersebut. Kucium kemaluan Mbak Limah. Berbau anyir dan berbau air maniku bersatu dengan berbau asli vagina Mbak Limah yang menggairahkan. Berbau vagina seorang wanita!

Terang semua! Bulu kemaluan Mbak Limah yang lembab dan menempel berantakan disekitaran vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberikan ruangan. Kumasukkan jemari telunjukku ke lubang vaginanya. Kumain-mainkan didalamnya. Kusaksikan Mbak Limah menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal punggungnya yang putih bersih tersebut. Kemudan kurangkul pinggangnya. Kumasukkan penisku ke lubang vaginanya. Pinggang Mbak Limah seperti terhentak.

Pelan-pelan kutusukkan penisku yang lebih besar panjang ke lubang vaginanya dengan posisi “doggy-style”. Tusukanku makin kuat. Gairah syahwatku kembali benar-benar terangsang. Ini kali berulang-kali saya menggerakkan dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan garang. Kuraih pinggang Mbak Limah. Selanjutnya berpindah ke buah dadanya. Kuremas-remas seenakku, bebas. Rambutnya berantakan.

Lama Mbak Limah meredam lampiasan gairahku ini kali. Nyaris 1/2 jam. Wajarlah ini ialah ke-2 kalinya. Tusukanku memang luar biasa. Terkadang cepat, terkadang perlahan. Kudorong-dorong badan Mbak Limah. Ia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang. Berulang-kali. Mirip orang tersengal-sengal kecapaian. “Ehh.. ek, Ekh, Ekh.”
Akirnya saya rasakan air maniku nyaris muntah kembali. Saat itu kurangkul ke-2 pundak Mbak Limah sekalian menusukkan penisku ke. Terbenam semua sampai ke pangkalnya. Waktu tersebut kumuntahkan spermaku. Kutarik kembali, dan kuhunjamkan kembali ke. Tiga 4x kugoyang semacam itu. Mbak Limah kelihatan pasrah meng ikuti hentakanku.

Selanjutnya kupeluk badannya meskipun penisku tetap tertanam dalam kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati wajahnya. Kami berciuman. Berlama-lama sampai berasa penisku normal kembali. Mbak Limah kelihatannya kecapekan. Keringat bercucur di dahi kami. Kami terlentang miring sekalian berangkulan. Mbak Limah kelihatan lemas lantas tertidur. Baca : Cerita Seks Riil Ibu Vivin Tante Riang

Menyaksikan Mbak Limah demikian, dan hujan belum juga surut, birahiku kembali bangkit. Kurangkul badan Mbak Limah dan saya bermain satu kali lagi. Ini kali Mbak Limah berserah. Ia tidak menampik. Kumainkan kemaluannya sampai senang. Berbau di dalam kamar ini ialah berbau air mani kami. Bunyi tempat tidur juga berdecit-cit. “Ahh… aaghh.”

Setelah itu pelan-pelan saya berdiri dan menggunakan lagi bajuku. Saya keluar kamar Mbak Limah ke arah ruangan depan. Saat saya keluar, baru saya sadar pintu kamar Mbak Limah terbuka.

Rupa-rupanya kakak iparku telah pulang. Tiba-tiba saya pucat kalau-kalau peristiwa barusan dilihat oleh kakak iparku. Saya keluar sekalian coba beraga seperti tidak ada apa-apa. Selanjutnya saya duduk di atas sofa. Sesaat selanjutnya kakak iparku tiba bawa minuman. Kusaksikan wajahnya biasa-biasa saja. Kuyakinkan diriku jika kakak iparku tidak tahu apakah yang terjadi barusan di antara saya dengan Mbak Limah.

Saya menanyakan, “Abang tidak pulang sama Mbak?”
“Tidak. Ia ke Singapore 4 hari!”, jawabannya. Ia tersenyum.
“Minumlah!”, ia menyilahkanku.
Selanjutnya ia jalan ke arah kamarnya. Saya duduk dan melihat film “Airforce One”.
“Mbak sesaat lagi ingin pergi , mengambil mobil di situ. Malam nanti tolong kamu tidur di sini ya, sekilan menjaga rumah!”, ucapnya pendek.

Memang bagitulah umumnya. Jika abangku tidak ada, saya yang menjadi pengemudi kakak iparku untuk bawa Mercedez-nya kemanapun. Malam itu saya tidak pulang ke flatku. Tidur di dalam rumah abangku! Benar ada kamar khusus bagiku di tempat tinggalnya yang lumayan besar tersebut. Tetapi lebih khusus buatku ialah tidur dalam dekapan Mbak Limah.