Cerita Sex Terbaru Ibu Tiri Barhubungan Anak Tirinya
Narasi Seks Asli 2018 Lantas punyai siapa flashdisk ini? Apa didalamnya? Rasa ingin tahu menyebar. Lantas kubawa flashdisk itu ke kamarku. Kuaktifkan netbookku sekalian masukkan flasdisk itu ke USB. Rupanya flashdisk itu punyai Tito, anak tiriku yang saat ini sedang sekolah. Semula kusangka flashdisk itu berisi beberapa hal yang terdapat keterkaitan dengan ujian, karena dia telah duduk di kursi kelas 3 SMA. Rupanya bukan. Didalamnya sejumlah video dewasa ! Aaah, apa Tito telah pantas simpan beberapa video sepanas ini? Tidakkah umurnya baru 17 tahun? Haruskah kutegur dan kunasihati ia supaya tidak simpan beberapa hal yang masih belum waktunya diketahui? Atau mungkin kusembunyikan saja flashdisk ini atau kubuang sekaligus ke got?
Bokep Jepang – Mendadak perhatianku tertuju ke folder yang dengan judul “Mami”. Apa didalamnya? Tidakkah saya yang umum diundang mami olehnya? Apa folder itu berisi suatu hal yang tersangkut diriku?
Dengan ingin tahu kubuka folder tersebut. Rupanya didalamnya tulisan berkenaan diriku ! Jujur, saya berdebar membacanya :
Semenjak ibu kandungku tidak ada, Mami datang di kehidupan Papi. Waktu Papi menikah dengan Mami, umurku baru tujuh tahun. Saya senang-senang saja punyai ibu tiri yang perlu kupanggil Mami tersebut. Ditambah sesudah sekian tahun dia jadi alternatif ibuku, saya merasa betul-betul mendapatkan alternatif ibu kandungku, yang mengasihi diriku, yang selalu perlakukanku dengan kurang kuat-lembut dan lain-lain.
Setahuku, di saat Mami sah jadi istri Papi, umurnya baru 20 tahun. Dan Papi telah 40 tahun. Ketidaksamaan umur yang jauh. Tetapi keliatannya mereka enjoy-enjoy saja. Dalam soal itu saya respek pada Papi, karena beliau sanggup memperoleh seorang gadis yang belia untuk jadi istrinya.
Waktu saya tetap kecil, figur Mami tidak pernah kuperhatikan secara eksklusif. Saya hanya tahu jika dia seorang ibu tiri yang bagus, yang perlakukanku seperti anak kandungnya.
Tetapi sesudah saya di SMA, sembunyi-sembunyi saya mulai kerap memerhatikan ibu tiriku tersebut. Jika dia seorang wanita usia muda yang elok, memiliki tubuh tinggi langsing, berkulit putih bersih (untuk ukuran orang Indonesia).
Panjang lebar dia memujiku dalam tulisan tersebut. Tetapi yang membuatku terlongong, saat kubaca kalimat berikut:
Pagi itu saya ingin meminta uang ke Mami, untuk kepentingan sekolah. Memang Papi telah menyuruhku supaya semua kepentinganku harus minta ke Mami, agar hatinya sedap, ucapnya.
Papi telah pergi kerja. Mami tetap di kamarnya. Seperti umumnya, kubuka saja pintu kamar Mami, lantas masuk ke. Tetapi apa yang kusaksikan? Ooooh…aku betul-betul dibikin kaget lantas terpana…karena Mami masih tidur telentang pada tempat tidurnya, dengan kimono terbuka lebar….hingga sepasang kakinya yang putih mulus itu tidak tertutup apapun. Terlihat terang dari telapak kaki sampai ke pangkal pahanya. Tetapi yang teramat menggentarkan ialah sisi antara ke-2 pangkal pahanya itu…oooh…Mami tidur tanpa kenakan celana dalam !?!?!!
Karena itu sisi yang dengan bulu lebat hitam itu terlihat terang di mataku !
Saya tidak tahu apa Mami terlatih tidur tanpa celana dalam atau larut malam ia membuang air dan malas kenakan lagi celana dalamnya, entahlah. Yang terang saya menjadi gemetar dan cepat-cepat keluar kembali dari kamar Mami, dengan hati yang tidak pasti.
Gilanya…setelah ada dalam kamarku kembali, jiwaku menjadi terkuasai keinginan yang tidak terkendalikan. Penisku ngaceng berat…membayangkan cantiknya jika saya bisa sentuh dan menekuni anggota badan antara ke-2 pangkal paha Mami yang terlihat benar-benar menggairahkan tersebut. Ooooh…kenapa saya menjadi ini?
Banyak yang dia tulis di catatan rahasia ini. Ringkasannya, dia menjadi kerap memikirkan diriku. Bahkan juga di suatu malam dia sebelumnya pernah mimpi dipepet olehku pada kondisi sama telanjang. Lantas dia lakukan suatu hal yang kerap dibayangkannya. Dan esoknya dia merasakan celananya basah, karena mimpi tersebut.
Di catatan itu juga dia mengaku jika jika lamunan mengenai diriku tidak dikuasai kembali, dia lakukan masturbasi, sekalian memikirkan tengah menekuni badanku ! Bahkan juga dia sebelumnya pernah lakukan masturbasi berulang-kali dalam tadi malam, untuk menurunkan angan-angannya mengenai diriku.
Semua itu membuatku menjadi serba salah. Semula saya akan menyapa Tito, karena kutemukan video porno dalam flashdisknya tersebut. Tetapi tulisan di flashdisk itu, yang berisi ketakjubannya pada diriku, membuatku menjadi kikuk. Karena itu kuambil keputusan untuk menempatkan lagi flashdisk itu di tempatnya sebelumnya, lantas saya akan berlaku berpura-pura tidak paham saja.
Tetapi di beberapa hari selanjutnya, saya mulai kerap memerhatikan Tito secara sembunyi-sembunyi. Mulai pikirkan apa yang terjadi pada dianya.
Dan gilanya, saya mulai memikirkan serunya bila badanku ditekuni oleh anak muda yang anak tiriku sendiri tersebut. Mahfum, saya baru berumur 30 tahun, sedangkan suamiku telah 50 tahun. Kadang-kadang memang saya sukai memikirkan figur muda yang gagah, yang tidak lemah seperti suamiku. Tetapi benar-benar, semula saya tidak pernah memikirkan figur muda itu anak tiriku sendiri. Apalagi semuda Tito yang baru 17 tahun.
Bang Martin (suamiku) tidak impoten. Tetapi yah….kekuatan lelaki yang umurnya telah 1/2 era, pasti lain dengan yang muda. Setiap terkait seks dengan suamiku, saya selalu tidak senang. Tetapi saya tidak pernah bersungut-sungut atau menunjukkan sikap tidak senang. Karena tenggat rasaku lumayan kuat. Karena di lain sisi, saya memiliki kepuasan duniawi darinya. Apa pun itu yang aku inginkan, selalu diwujudkan. Bahkan juga kehidupan orang tuaku di daerah, benar-benar jadi perhatian oleh suamiku. Rumah baru dibangunkan. Perlengkapan serba mahal dibelikan. Hingga derajat orang tuaku menjadi bertambah sesudah saya menikah dengan Bang Martin.
Kehidupanku sendiri tidak pernah kekurangan. Rumahku cukup istimewa, di wilayah perumahan paling elit di kotaku. Mobil untuk kepentingan pribadiku telah dibelikan. Perhiasan yang mahal-mahal juga telah jadi punyaku. Karena itu tidak ada argumen buatku tidak untuk merasakan senang jadi istri Bang Martin.
Tetapi mengapa semenjak membaca file dari flashdisk Tito, pikiranku menjadi kerap melayang tidak pasti? Mengapa saya menjadi kerap memerhatikan gerakan Tito secara sembunyi-sembunyi?
Hari untuk hari berakhir dengan cepatnya. Tanpa berasa satu bulan sudah berakhir. Dan peluang yang sembunyi-sembunyi kutunggu juga datang.
Bang Martin terbang ke Kalimantan timur, untuk mengurusi usahanya. Umumnya ia dapat lebih dari satu bulan ada di Kalimantan timur. Ini kali juga gagasannya 40 hari ia akan ada di sana.
Itil V3
Rasanya saya tidak sabar kembali menanti kesempatan kali ini.
Lantas kuputar otakku. Kuputar sampai sore…sampai Tito terlihat telah pulang dari sekolahnya.
Aku juga keluar kamarku. Mendekati pintu kamar Tito. Semula saya hanya ingin ajak makan di luar kepadanya. Tetapi saat kubuka pintu kamarnya, o my God…dia baru melepaskan semua seragam sekolahnya, ingin menukar dengan baju rumah…dan…aku betul-betul kaget saat menyaksikan anggota badan anak tiriku yang di bawah perutnya tersebut. Mungkinkah abg berumur 17 tahun dapat mempunyai penis sepanjang dan sebesar itu? lebih “tinggi tegap” dibanding punyai ayahnya ! Tetapi cepat saya ingat narasi suamiku, jika almarhum ibu kandungan Tito itu wanita Pakistan. Mungkin anatomi Tito banyak menuruni garis ibunya.Sementara suamiku asli Indonesia, karena itu penisnya juga biasa saja. Narasi Seks 2018
“Kita makan di luar saja yok,” kataku pada Tito yang terlihat terkejut dan segera tutupi kemaluannya dengan ke-2 tangannya.
“I…iya Mam…” sahutnya tergagap. Dan saya berlaku seakan tidak menyaksikan suatu hal yang aneh.
Sesaat selanjutnya saya dan anak tiriku telah ada dalam mobil yang melejit ke utara. Menyengaja kubiarkan Tito yang nyetir mobilku. Karena saat ini dia telah mempunyai SIM. Dan langkah nyetirnya cukup lembut.
“Papi memberi uang tidak?” tanyaku saat sedanku telah ada di Jalan Setiabudhi.
“Tidak Mam,” sahut Tito, “Papi katakan jika ada keperluan meminta sama Mami saja.”
“Iya,” saya menggangguk-angguk kecil. Sementara daya ingatku melayang-layang pada yang kusaksikan sepintas barusan. Sebuah penis remaja yang terkulai lemas tetapi panjang dan besar sekali. Tidak kebayang seperti apakah jika penis anak tiriku itu telah tegang….hmmm…gila, sembunyi-sembunyi saya menjadi horny nih.
Tito berbelokkan mobil ke pelataran restaurant langgananku. “Di sini kan makannya Mam?” tanyanya saat sebelum mematikan mesin mobilku.
“Iya. Kamu sudah lapar kan?”
“Hehee….iya Mam. Kan pulang dari sekolah barusan belum makan.”
Lantas kami mengambil langkah masuk restaurant tersebut.
Di saat menanti makanan order tiba, saya lihat muka Tito. Memang ganteng muka anak tiriku tersebut. Mahfum darah kombinasi dengan Pakistan. Badannya tinggi langsing, hidungnya mancung, matanya bulat dan kulitnya sawo masak.
“Sudah lama tidak ke Ciater,” kataku, “Kelak pulangnya ke situ yok.”
“Iya Mam,” Tito menggangguk dengan senyuman cerah, “Saya paling senang berendem di Ciater.”
“Tetapi ini telah sore…pulangnya tentu malem kelak.”
“Di Ciater kan ramai terus duapuluhempat jam Mam. Semakin malam semakin ramai, sampai subuh masih saja beberapa orang yang tiba. Tapi….”
“…Kenapa?”
“Kita tidak membawa handuk dan sabun Mam.”
“Membeli saja di sini. Kan dari sisi restaurant ini ada minimart tuh…”
“Oh, iya…iya Mam. Saat ini saja belinya Mam, sekalian tunggu order kita tiba.”
“Iya,” saya menggangguk sekalian keluarkan ATMku, “Pakai debet saja. Membeli handuk dua, sabun cair dan shampoo yang umum mami gunakan ya. Nomor pinnya 3050.”
“Iya Mam.”
“Ohya, sekaligus membeli buat camilan To.”
“Iya,” Tito berdiri dan segera keluar restaurant.
Sembunyi-sembunyi kubuka tas kecilku. Kuambil sebutir pil kontrasepsi dan kutelan, didorong dengan air teh yang telah tersaji di atas mejaku.
1/2 jam selanjutnya kami telah tinggalkan restaurant tersebut. Dan bergerak ke arah Lembang, selanjutnya ke arah pemandian air panas mineral Ciater. Udara telah gelap saat kami datang di Ciater. Waktu pintu mobil kubuka, hiii….udara dingin menggempur ke mobilku. Dingin sekali.
“Mami membawa pakaian renang?” bertanya Tito sesudah mematikan mesin mobil dan keluarkan kantong plastik berisi perlengkapan mandi yang dibeli barusan.
“Tidak,” sahutku, “Merendam di dalam kamar mandi saja.”
“Iya, Mam. Di dalam kamar mandi lebih bersih, karena tidak nyampur sama beberapa orang.”
“Tetapi temanin mami kelak ya. Takut mandi sendiri sudah gelap begini.”
Tito melihatku sebentar, lantas menggangguk dan merunduk. Entahlah apa yang dipikirkannya. Tetapi saya percaya ia tidak akan menduga jika semua ini telah kurencanakan semenjak di dalam rumah barusan.
“Kamar mandinya ingin gunakan dua apa satu saja Mam?” bertanya Tito waktu ingin membeli ticket kamar mandi.
“Satu saja,” sahutku, “Kan kamu harus nemanin mami…”
Waktu ke arah jejeran kamar mandi, kusaksikan di kolam renang banyak yang merendam air panas. Tetapi tidak sekitar di beberapa hari akhir pekan. Sendirinya kamar mandi juga banyak yang kosong.
Saya dan Tito masuk ke kamar mandi yang kelihatan paling bersih. Tito langsung menyalurkan air panas ke bak mandi yang lumayan lebar dan dalam itu, sedangkan saya keluarkan perlengkapan mandi dari kantong plastik.
Kutanggalkan celana panjang dan pakaian kausku, hingga tinggal celana dalam dan beha yang tetap menempel di badanku. Lantas duduk di bibir bak yang telah berisi air panas mineral nyaris separuhnya.
“Lho…kamu ingin merendam dengan baju komplet begitu? Membuka donk semua,” kataku pada Tito yang terlihat salah kelakuan, karena mungkin menyaksikan diriku yang tinggal kenakan beha dan CD doang.
“I…iya Mam…” sahutnya tergagap sekalian melepaskan celana jeans dan pakaian kausnya, selanjutnya menggantungkannya di kapstok, bersebelahan dengan bajuku.
Di saat yang masih sama aku juga melepaskan beha dan celana dalamku, selanjutnya masuk ke bak, duduk sekalian melonjorkan kakiku.
“Mari masuk sini…buka dahulu celana dalamnya, agar jangan kebasahan,” kataku.
Tito melihat dan terlihat terkejut saat melihatku telah bertelanjang bundar. Lantas terlihat sangsi waktu ingin melepaskan celana dalamnya.
“Ayolah….cepatan membuka celananya,” kataku kembali, “Dalam kamar mandi kan jangan semakin lama, karena uap belerangnya dapat membuat napas sesak.”
“I…iya Mam,” Tito membelakangiku sekalian turunkan celana dalamnya. Selanjutnya mengambil langkah ke bak sekalian tutupi kemaluannya dengan ke-2 tangannya. Dan saya berpura-pura tidak memerhatikannya.
Lantas dia duduk bertumpu ke dinding di sampingku. Kubangan air panas telah capai dadaku. Tetapi beningnya air membuat sekujur badanku terlihat terang. Termasuk kemaluanku yang dengan bulu lebat ini (karena suamiku larang cukurnya). Narasi Seks 2018
Tetapi Tito masih tetap tutupi penisnya dengan ke-2 tangannya. Dan kelihatannya tidak berani melihat ke kemaluanku.
“Jika sudah rendaman di sini sedap ya…badan kita seperti setelah dipijitin,” kataku sekalian raih sabun cair dari bibir bak. Lantas kuelus-eluskan ke sekujur badanku, hingga air panas ini mulai disanggupi busa sabun.
“Iya Mam…” sahut Tito nyaris tidak kedengar.
Untuk menyingkirkan kecanggungan Tito, saya duduk membelakangi Tito sekalian berbicara, “Sabuni punggung mami, To.”
“Iya Mam…” suara anak tiriku semakin terganggu, seolah tengah meredam napas. Lantas kurasakan telapak tangannya mengeluskan sabun cair ke punggungku. Kubiarkan cukup lama dia menyabuni punggungku.
“Punggung Mami mulus tidak To?” tanyaku pada satu saat.
“Mu…mu…mulus sekali, Mam…” sahutnya tersendat-sendat.
Kuambil gayung plastik dan kusirami punggungku sama air panas. Lantas saya berdiri, masih tetap membelakangi Tito. “Paha dan kakinya To. Kelak menggantian…setelah mami, kelak gantian kamu yang hendak mami sabuni,” kataku.
Tito masih tetap duduk sekalian lakukan perintahku. Mulai menyabuni paha sisi belakangku. Walau gemetar tangannya berasa sedap menggosokikan sabun dari lipatan lutut sampai pangkal pahaku.
Menyengaja kurenggangkansepasang pahaku, supaya dia dapat bebas melihat sisi yang antara ke-2 pangkal pahaku.
“Jangan ragu begitu To…sabuni semua yang dapat kamu sabuni,” kataku.
“Ya…ya…ya Mam….” sahutnya dengan suara napas yang terengah-engah.
Saat ini tangan kirinya berasa menggenggam paha kiriku, sedangkan tangan kanannya mulai menyabuni selangkanganku, sedangkan bunyi napasnya makin tersengal-sengal, mirip orang yang habis lari marathon.
Dan saya ingin menyaksikan gestur mukanya sekarang ini. Lantas saya membalik…menghadap ke Tito yang terlihat terkejut, terbeliak melihat kemaluanku yang saat ini pas ada di depan matanya.
“Sabuni ininya , To…” kataku sekalian menunjuk ke kemaluanku.
Dengan takut-takut Tito menyabuni kemaluanku. Dan tahukah ia jika semenjak barusan mataku tertuju ke penisnya yang hebat itu?
Kucurahkan sabun cair ke telapak tanganku, lantas kueluskan ke penis Tito yang panjang besar ini. Ia cukup kaget. Tetapi lantas termenung salah kelakuan saat saya mulai menyabuni tangkai kemaluannya, sudah pasti secara terarah…seperti sedang mengocaknya.
“Mam…oooh…” Tito terpejam.
“Mengapa? Kamu telah lama ingin sentuh kemaluan mami kan? Sentuhlah …kenapa menjadi stop? Mami tidak geram kok…”
“Oh…Mami baik sekali…” tangan Tito mulai menggerayangi kemaluanku. Tangannya berasa makin gemetar. Sementara saya sendiri mulai asyik permainkan penis anak tiriku yang lama-lama semakin jadi membesar dan menegang ini.
Kemaluanku menjadi sarat dengan busa sabun. Tangkai kemaluan Tito . Dan Tito diam saja saat tangkai kemaluannya kutarik, lantas kuelus-eluskan ke belahan vaginaku. Wah…aku telah betul-betul horny. Dan tidak perduli kembali penis siapa yang kuelus-eluskan ke sela vaginaku ini.
“Punyamu sudah tegang begini, To…” kataku sekalian memikirkan enaknya jika penis Tito mengenjot lubang kemaluanku, “Kamu pernah bermain dengan cewek?”
“Ma…main bagaimana, Mam?” Tito terlihat sangsi melihatku.
“Bersetubuh…pernah?”
“Belum Mam.”
“Saat?”
“Berani sumpah, tidak pernah Mam….”
“Tetapi ngocok sich sukai kan?”
“I…iya Mam….kok Mami dapat tahu?!”
“Tahu lah. Mami tahu kamu sebelumnya pernah saksikan kemaluan mami waktu mami masih tidur kan? Ngaku saja terus terang….mami tidak geram kok.”
“I…iya…tapi itu tidak menyengaja Mam….”
Saya tersenyum. Kukecup pipinya, lantas berbisik, “Ya udah…gak apapun. Semenjak waktu itu kamu memikirkan mami terus kan? Jujur saja jawab. Mami sukai anak yang jujur.”
“Iya Mam,” Tito merunduk, “Mami elok sekali….aku…aku kerap memikirkan mami.”
“Tetapi kita jangan lama-lama di dalam kamar mandi ini. Kelak habis napas kita. Mending pulang saja yok. Kelak kita teruskan di dalam rumah saja. Tetapi harus hati-hati…jangan sampai kedapatan sama pembantu-pembantu.”
“Iya Mam…tapi….”
“Mengapa?”
“Di sini kan ada hotel….”
“Oh, iya ya….kamu sudah tidak sabar ya?”
Tito hanya nyengir malu.
“Ya sudah, kita check in di hotel sini saja.”
Kubilas badanku sama air panas, lantas kulap dengan handuk. Dan kukenakan kembali bajuku. Tito lakukan hal yang masih sama.
Beberapa saat selanjutnya saya dan Tito telah ada di kamar hotel yang tetap ada dalam kompleks pemandian air panas itu .
Sesudah mengamankankan pintu kamar hotel, kupeluk pinggang Tito sekalian berbicara perlahan-lahan, “Kamu tidak sangka semua ini akan terjadi kan?”
“Iya Mam,” Tito membalasnya dengan dekapan di pinggangku, “Rasanya seperti mimpi…”
“Kamu sudah punyai kekasih?” tanyaku sekalian mengecup pipinya.
“Belum Mam.”
“Mengapa? Umumnya anak SMA saat ini kelas satu sudah punyai kekasih….”
“Aku…aku…”
“Mengapa? Kok seperti takut-takut begitu bicaranya?”
“Saya terlanjur kagum pada Mami…jadi tidak ada semangat buat deketin cewek di sekolah, Mam…” kata Tito tergetar.
Sekalian tersenyum saya membisiki telinga Tito, “Malam hari ini mami bisa menjadi punyamu. Kamu bisa lakukan apa pada mami. Tetapi ingat…ini rahasia kita berdua ya.”
“Iya Mam. Saya janji akan rahasiakan semuanya.”
Saya tersenyum, lantas melepas pakaian kaus dan celana panjangku. Tito melihatku dengan sorot yang berbeda jauh dibanding umumnya. Saya tahu apakah yang sedang terjadi pada dianya. “Lepasin donk bajumu,” kataku sekalian duduk di tepi tempat tidur.
“Iya Mam,” Tito menggangguk, lantas melepaskan celana jeans dan t-shirtnya. Tinggal celana dalam yang tetap menempel di badannya, sedangkan aku juga telah melepaskan behaku.
Pandanganku tertumbuk ke celana dalam Tito. Terlihat terang, ada benjolan, ada yang menggerakkan dari kembali celana dalam anak tiriku tersebut.
Dengan hati makin terkuasai gairah, kutarik pergelangan tangan Tito, lantas kupeluk lehernya sekalian berbicara, “Jika mami kasih apa yang sejauh ini selalu kamu pikirkan, apa yang pertama kalinya ingin kamu kerjakan pada mami?”
“Jika saya terang-terangan, Mami geram tidak?” Tito kembali menanyakan dengan suara cukup ketahan.
“Tidak.” saya geleng-geleng, “Apa yang ingin kamu kerjakan pertamanya kali?”
“Aku…aku ingin menciumi bibir Mami…menciumi leher Mami…menciumi payudara Mami….”
“Hanya itu?”
“Saya ingin…ingin menciumi dan menjilat-jilati kemaluan Mami…”
“Seperti pada video yang kerap kamu saksikan?”
“I…iya Mam….tapi…Mami tidak geram kan?”
“Tidak,” saya geleng-geleng kembali. Lantas mengecup bibir Tito dengan segenap nafsu. Dan kataku, “Mami sayang kamu….karena itu semua akan mami kasih…tapi mami meminta semangat belajarmu harus bertambah, jangan kebalikannya, ya.”
“I…iya Mam…aku sayang Mami….” kata Tito tergagap, karena saya mulai menyelusupkan tanganku ke kembali celana dalamnya. Dan berasa tangkai kemaluannya yang hebat ini telah tegang sekali. Membuatku semakin terkuasai gairah. Lantas saya ambil pinggang Tito dan mencapainya ke atas tempat tidur, sedangkan tanganku masih tetap menggenggam penis tegang dan hangat ini. Narasi Seks 2018
Agar bebas, kutanggalkan celana dalamku, selanjutnya kusuruh Tito juga melepas celana dalamnya.
Pada kondisi sama-sama sudah telanjang bundar ini, tidak ada kembali rahasia antara fisik kami. Lantas saya merebahkan diri, menelentang sekalian tersenyum ke anak tiriku yang terlihat masih canggung tersebut. Dan kuraih tubuhnya ke atas dadaku sekalian berbicara, “Ayolah…katanya ingin mencium bibir mami.”
Tito yang telah tengkurap di atas dadaku spontan menjawab dengan perlakuan. Dengan garang dia mencium bibirku dan lusuhbut dengan lumatan dan dekapan bernafsu.
Dan penis Tito yang telah tegang itu berasa melekat ke kemaluanku. Ini membuatku bernafsu untuk menggenggamnya. Aah…benar-benar hebat tangkai kemaluan anak tiriku ini. Membuat napsuku semakin mengganas. Rasanya ini penis yang aduhai. Panjang besar, ereksinya juga prima. Betul-betul keras, tidak sama penis ayahnya. Mahfum ayahnya telah tua, sedangkan Tito masih muda.
Dan saya tidak sabar kembali. Saya ingin selekasnya nikmati gesekan penis yang prima ereksinya ini.
Karena itu sembunyi-sembunyi kutarik penis Tito, sampai cukup membenam ke lubang vaginaku yang telah membasah ini. Lantas kataku, “Jika ingin ngemut vegy mami kelak saja di dalam rumah ya. Agar kamu dapat sepuas hati menjilat-jilati vegy mami. Saat ini dorong saja penisnya To….agar masuk…”
“I…iya Mam….” sahut Tito dengan napas mengincar. Lantas berasa tangkai kemaluan aduhai itu mendesak kuat ke lubang vaginaku yang telah licin oleh lendir birahiku ini.
“Ooooh…sudah masuk sedikit To….iiiiyaaaa….dorong lagi….ooooh……” desahku sekalian merengkuh leher anak tiriku. Betul-betul mantap….tangkai kemaluan yang tegang dan gagah ini telah masuk separuhnya. Membuat desir birahiku semakin mengganas. Bukan bermain rasanya…baru dilelepkan setengah saja telah memunculkan nikmat yang ini dahsyatnya…
Spontan saja pahaku buka dengan lebar-lebarnya, seakan ucapkan selamat tiba buat sebuah penis gagah yang siap memuasi keinginan birahiku.
“Iya…ayun dikit-dikit…” bisikku.
“Ayun?” Tito terlihat kebingungan.
“Iya…entotin dikit-dikit…nanti semakin lama masuk juga semua…” bisikku sekalian merengkuh pinggang Tito.
“I…iya Mam…” sahutnya sekalian lakukan perintahku. Awalannya seperti ragu menggerakkan penisnya. Tetapi pada akhirnya dia mulai mengayun penisnya secara betul. Mundur-maju, mundur-maju, maju undur…dan lama-lama penisnya semakin saat membenam ke lubang kemaluanku.
Diikuti dengan suara Tito yang tersendat-sendat dan tergetar, “Duuuh…Maaaam…. duuuuuuh….sedap sekali Mam….”
Lusuhbut dengan dekapan kuat di pinggang Tito, dengan ciuman-kecupan penuh gairah di pipinya, di bibirnya…aaah….tahukah ia jika sebetulnya aku juga tengah rasakan sesuatu kepuasan yang hebat sekarang ini?
Tetapi sayang, baru sesaat Tito mengayun penisnya, mendadak dia meredam napasnya, lantas mendengus…dan berasa penisnya menyemprotkan-nyemprotkan cairan hangatnya. Aaah…dia telah ejakulasi. Walau sebenarnya saya belum apapun.
Tetapi saya mengertinya. Yah, mahfum dia belum eksper. Dan mungkin barusan dia terlampau bergairah, hingga tidak dapat mengatur diri kembali. Biarlah…aku percaya dia dapat secara cepat dibangkitkan kembali.
Saya tidak ingin protes dengan ejakulasi prematurnya Tito. Takut kelak menjadi beban negatif untuknya. Tetapi saya belum senang. Barusan baru pemanasan dan belum capai orgasme 1x juga. Karena itu secara terbiasa, kugenggam penis Tito dan kuremas-remas secara halus. Kadang-kadang kuelus moncongnya…mulai menegang kembali dikit demi sedikit. Sebetulnya saya ingin mengulum dan menyelomotinya. Tetapi saya takut berkesan seperti wanita nakal. Khususnya karena cowok yang bersamaku ini ialah anak tiriku sendiri.Narasi Seks 2018
Lagian cowok seremaja Tito tidak harus “therapy” yang terlampau ekstrim. Dengan elusan dan remasan juga telah tegang kembali.
“Baru saja cepat sekali ya Mam,” kata Tito waktu kudorong dadanya sampai telentang. Dan saya berjongkok dengan kaki di kanan-kiri pinggul Tito.
“Biasa…yang pertama mah umumnya demikian. Tetapi kan kita dapat teruskan ke ronde ke-2 , ke-3 dan sebagainya,” sahutku sekalian tersenyum. Sementara tanganku menggenggam penis Tito yang telah ngaceng berat, moncongnya kuarahkan ke dalam mulut vaginaku.
Tito diam saja. Aku juga turunkan bokongku, hingga penis Tito mulai tenggelam kembali dalam lubang kewanitaanku.
Saat ini saya yang aktif, menaik turunkan pinggulku, hingga kepuasan juga kurasakan kembali, kepuasan perubahan penis Tito dengan dinding lubang kewanitaanku. Tetapi saya tidak ingin aktif sekalian jongkok ini. Lantas saya jatuhkan dadaku ke atas dada Tito dan meneruskan pergerakan vaginaku sekalian merengkuh leher anak tiriku yang ganteng ini.
Tito terlihat kenikmatan dengan kegiatanku. Bahkan juga dia mulai aktif . Di saat vaginaku maju, dia juga mendesakkan penis gagahnya. Dan di saat vaginaku undur, dia juga menarik penisnya. Aaaah…tak kusangka akan alami semua ini. Suatu hal yang sangat indah, yang susah kudapatkan dari suamiku.
Saat bibirku bersinggungan dengan bibir Tito, reaksinya juga spontan. Dia bahkan juga melumat bibirku dengan mesranya. Sementara ke-2 tangannya melingkar di pinggangku, merengkuhku dengan kuat dan mesranya.
Ini kali Tito mulai berasa kuat. Telah 1/2 zaman saya mengayun vaginaku di atas perutnya, belum kelihatan pertanda dia ingin ngecrot. Justru keringatku mulai membasahi leher dan pipiku.
“Duuuh….giliran kamu yang di atas kembali ya,” kataku sekalian menjatuhkan badan ke samping dan berusaha supaya penis Tito janganlah sampai lepas dari capitan vaginaku.
“Ayo…sekarang kamu yang pacu kembali,” kataku sesudah saya telentang dan Tito ada di atas dadaku.
“Iya Mam…” sahut Tito dengan penuh semangat.
Tito mulai lancar menjamahku. Tangkai kemaluannya mulai oke memompa lubang kewanitaanku. Aku juga menyengaja melebarkan ke-2 pahaku dengan lebar mungkin, agar tangkai kemaluan Tito dapat membenam sedalam mungkin. Bahkan juga berasa berulang-kali moncong penisnya menyundul-nyundul mulut rahimku. Ini membuatku terpejam-pejam dalam nikmat, membuatku tidak ada hentinya merintih-rintih lirih sekalian meremas-remas rambut anak tiriku yang ganteng ini.
Selang beberapa saat saya merasa akan capai titik orgasme. Lantas kubisiki telinga Tito, “Cepatin pergerakannya….iya….iya…nah gitu….Mami ingin nyampe nih….ayo…enjot terus sayang…Tito…oooh….Mami sayang dengan kamu, Titooo…..ooooh…ooooooh….”
Pada akhirnya sekujur badanku melafalkanng. Saya meredam napas sekalian menggelinjang. Dan….oooh…akhirnya saya capai pucuk kepuasanku….yang membuat lubang kewanitaanku mengedut-ngedut, lantas basah dengan lendir kepuasanku.
Tito asyik mengayun tangkai kemaluannya, bermaju-mundur dalam lubang kewanitaanku yang telah capai kepuasan. Kubiarkan saja ia aktif sendiri, sekalian meresapi kepuasan yang barusan kurasakan.
Tetapi beberapa saat selanjutnya nafsuku naik-turun kembali. Saya seperti berlomba bersama waktu, ingin rasakan orgasme yang ke-2 . Sejauh ini apa yang kunikmati bersama Tito ini ialah suatu hal yang sangat jarang dalam hidupku.
Karena itu saat Tito sedang lancar-lancarnya mengayun penisnya, aku juga mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dengan pergerakan yang meliuk dan menghentak-hentak. Sendirinya lubang kewanitaanku seperti memilin-milin dan membesot-besot tangkai kemaluan anak tiriku. Dan saya sendiri mempunyai tujuan supaya clitorisku dapat bersinggungan dengan kejantanan Tito. Dan ini sangat nikmat rasanya. Keringat Tito juga makin bercucur bergalau dengan keringatku. Narasi Seks 2018
Belasan menit selanjutnya kurasakan seperti akan orgasme kembali. Karena itu secara terengah kuminta Tito percepat pergerakan penisnya, “Agar kita dapat meledak bareng-bareng….tentu sedap sekali,” kataku.
Lantas kami seperti sepasang manusia kesurupan. Sama-sama cengkeram. Sama-sama lumat bibir. Hingga kemudian Tito mendesah, “Aduh…Maaam….sepertinya ingin ngecrot nih….”
“Iya sayang…” sahutku tersengal sekalian mempergila goyangan pinggulku, karena saya tidak ingin sampai telat capai orgasme.
Lalu….Tito mendesakkan tangkai kemaluannya sampai berasa menggerakkan ujung lubang kewanitaanku. Dan saat tersebut kami menggelepar bersama, meredam napas bersamaan….selanjutnya sama mendengus…meledak di pucuk kepuasan yang tidak ada taranya.
O, puasnya aku….
Saat kenakan lagi bajuku, Tito juga keluar kamar mandi pada kondisi telah kenakan pakaian komplet. Dengan mesra kupeluk anak tiriku dan kutanya perlahan-lahan, “Sedap?”
Malu Tito menyahut polos, “Sangat sedap, Mam….”
Karena itu kucium bibirnya mesra. Kataku, “Kelak di dalam rumah jika masih ingin, Mami kasih.”
“Benar Mam?” dia tersenyum cerah.
“Iya sayang, ingin berapakah kali juga Mami kasih. Saat ini kita pulang dahulu yok. Bahaya rumah ditinggalin kosong malem-malem begini.”
Tito menggangguk dan raih kunci mobil dari meja kecil. Diperjalanan pulang, saat Tito nyetir di tengah-tengah gelapnya malam, situasi hatiku menjadi berbeda jauh dengan sebelumnya. Tanganku tidak ada jemunya mengelus pahanya yang telah tertutupi celana jeans. Bahkan juga kadangkala kukecup pipinya dengan mesra.
Dan hari telah melalui larut malam saat kami datang di dalam rumah. Badanku terasanya dilolosi, lesu sekujur-kujur. Tetapi setelah tiba dalam kamar, saya segera masuk ke dalam kamar mandi. Melepaskan semua busanaku dan putar handle shower air panas.
Semestinya melalui larut malam begini jangan mandi. Tetapi biarkanlah. Saya telah terlatih mandi kapan pun, khususnya jika merasa perlu bersihkan badanku. Lagian mandi sama air panas ini, rasanya enak-enak saja.
Saya jarang-jarang merendam di bathtube, sebab menganggap lebih bersih jika mandi sekalian berdiri ini. Sekujur badanku kusabuni. Kemaluanku kusabuni lantas kusemprot sama air hangat. Sesudah merasa bersih semua kuhanduki sampai kering. Lantas kuambil kimono bersih dari almari kaca kamar mandi.
Kukenakan kimono sutra putih itu tanpa kenakan celana dalam.
Saat keluar kamarku, terlihat Tito sedang duduk di atas sofa ruangan keluarga sekalian menonton sepakbola di tv. Ia memang pencandu sepakbola, terutama liga Inggris.
“Belum mengantuk?” tanyaku sekalian duduk di Tito yang telah kenakan piyama coklat bergaris-garis putih.
“Belum Mam,” sahutnya sekalian melihatku sebentar dengan senyuman manis. Memang manis senyuman anak tiriku itu, “Saat ini kan malam Minggu….hari Senin liburan pula…”
“So?” kurapatkan dudukku ke sebelahnya, lantas kugigit daun telinganya perlahan-lahan, sekalian melepas ikatan tali komonoku.
“Ja…jadi dapat begadang….” sahutnya tergagap. Karena mungkin dia baru mengetahui jika saya tidak kenakan beha dan celana dalam. Bahkan juga dengan menyengaja kusembulkan sepasang payudaraku.
“Payudara Mami bagus sekali… masih kuat sekali,” desisnya sekalian meraba-raba payudaraku dengan tangan yang dirasa gemetar.
“Ya iyalah….Mami kan tidak pernah menyusui anak….saat ini kamulah yang pertama netek ke Mami,” sahutku sekalian raih kepalanya, arahkan mulutnya ke payudara kiriku.
Tanpa menanti instruksi kembali Tito mengulum pentil payudara kiriku. Dan berasa menyedot-nyedot seperti bayi netek.
“Elus-elus pentilnya dengan ujung lidahmu, sayang,” kataku sekalian menyelusupkan tangan ke lingkaran karet celana piyamanya. Wow….rupanya penis Tito telah ngaceng kembali !
Tito meng ikuti perintahku. Sekalian mengisap pentil buah dadaku, dia menjilat-jilatinya . Tentu membuatku horny kembali. Sementara aku juga asyik meremas-remas tangkai kemaluannya dengan casra yang telah terbiasa (karena saya telah terlatih harus menggairahkan suamiku setiap saya ingin dijamahnya).
Tidak lama kemudian, “Ucapnya ingin jilatin punyai Mami….saat ini tetap ingin?” kataku sekalian melebarkan kimonoku, melebarkan sepasang pahaku….hingga kemaluanku seakan melawan Tito untuk diberlakukan sekehendak hatinya.Narasi Seks 2018
“Bisa Mam?” Tito berjongkok di atas karpet, menghadap ke kemaluanku.
“Bisa sayang. Saat ini Mami kan telah kamu punyai. Lakukan apa pun itu yang kamu mau….”
Tito terlihat semangat sekali. Dia berlutut di karpet, antara ke-2 iris pahaku yang kurentangkan dengan lebar mungkin. Dengan berhati-hati dia menyibakkan bulu kemaluanku yang tutupi sela vaginaku. Lantas kusentuhkan ujung telunjukku ke clitorisku sekalian memberikan panduan, “Ini yang perlu kerap kamu jilati ya….tetapi jangan kasar, karena clitoris ini sisi paling peka….”
Tito menggangguk. “Yang lain bisa dijilati tidak?”
“Sesukamu jilati sisi mana pun….agar variasi….tetapi yang tersering harus dijilati ya clitorisnya tersebut. Kamu kan kerap menonton bokep….saat belum tahu .”
“Heheheee…iya Mam. Jembut Mami lebat sekali,” kata Tito sekalian tempelkan mulutnya ke vaginaku.
“Iya…maunya sich dicukur sampai bersih, tetapi Papi molorang….”
“Memang iya Mam….jangan dicukur….gondrong begini justru menggairahkan sekali.”
“Ayah dan anak sama seleranya,” kataku sekalian tersenyum.
Dan…aaah….Tito mulai menjilat-jilati kemaluanku….dari celahnya sampai ke clitorisku. Aku juga menyandarkan di atas sofa dengan mata terpejam. Dalam nikmat.
Dengan sedikit panduan dariku, Tito mulai pintar menjilat-jilati kemaluanku. Mulai rajin mengisap clitorisku dan menjilat-jilatinya dengan penuh semangat.
Sebetulnya suamiku kerap menjilat-jilati kemaluanku. Tetapi rasanya lebih sedap jilatan Tito. Edan. Mengapa ini ya? Entahlah. Mungkin ini yang disebutkan SII….serong itu cantik. Terlebih-lebih serong dengan anak tiriku sendiri.
“Cukup dahulu sayang. Kelak memek mami terburu becek,” kataku sekalian mengusung kepala Tito. Lantas kuminta Tito melepas bajunya dan duduk di atas sofa. Sesudah Tito telanjang, aku juga melepaskan kimonoku, selanjutnya duduk di atas pangkuan anak tiriku, sekalian menggenggam tangkai kemaluannya lalu secara gampang sukses kumasukkan ke lubang kepuasanku. Baca : Cerita Dewasa IGO Terkini 2018 Gadis Manis Berhijab
Dalam posisi ini saya yang aktif menggerakkan vaginaku membesot-besot penis Tito sekalian merengkuh lehernya. Tito juga merengkuh pinggangku erat-erat sekalian menggerakkan penisnya dengan arah yang bersimpangan dengan pergerakan vaginaku. Waktu vaginaku maju, dia mendesakkan penisnya, sedangkan jika vaginaku undur dia juga menarik penisnya. Wow….nikmatnya bukan bermain !
Tito sermakin pintar melakukan. Saat senggama sikap duduk bertemu itu terjadi, tangannya mulai aktif. Kadangkala meremas buah bokongku, kadangkala meremas payudaraku. Dan saat kuciumi bibirnya, dia juga melumat bibirku dengan penuh kehangatan.
O Tito anak tiriku tersayang !
Dini hari itu banyak posisi yang kami kerjakan. Tidak hanya sikap duduk di sofa. Supaya Tito mengenalnya satu-satu. Di satu saat saya merayap di atas karpet, Tito kusuruh masukkan penisnya dari belakang, dalam posisi doggy model itu kami teruskan persetubuhan kami. Sesudah akuj orgasme dan Tito 2x ejakulasi, kuajak dia tidur di kamarku. Tetapi dalam kamarku, Tito telah bergairah kembali. Karena itu kuijinkan dia meniduriku dalam posisi classic saja, karena sebenarnya saya mulai lemas dan mengantuk. Karena fajar mulai menyingsing.
Ke-2 pembantuku, Inah dan Wati kedengar telah tiba. Mereka biasa bawa kunci pintu pavilyun, agar dapat masuk tanpa menggugahku jika masih tidur.