Cerita Sex Berhubungan Dengan Majikan Sendiri Super Mantap
Narasi Seks Asli 2018 Sampai sekarang, cerita ini sering tebersit dalam pikiran dan pikiranku. Entahlah sesuatu keberuntungankah atau kegetiran untuk sang aktor. Yang terang ia telah memperoleh pengalaman bernilai atas sesuatu yang dirasakannya.
Cersex Dewasa – Sebutlah saja namaya sang Jo. Asal dari daerah yang sebetulnya tidak jauh sekali dari kota Y. Di kota Y berikut ia menumpang hidup pada orang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seorang kembali pembantu wanita Inah, dengan umur lebih kurang di atas Jo 2-3 tahun. Jo sendiri berusia 15 tahun jalan.
Di suatu hari nyonya majikannya yang muda, Ibu Rhieny atau umum mereka panggil Bu Rhien, dekati mereka berdua yang sedang repot di dapur yang berada di halaman belakang, di muka kamar sang Jo.
“Inah.., esok lusa Bapak akan ke Kalimantan kembali. Tolong persiapkan baju seperlunya janganlah lupa sampai ke kaos kakinya .” perintahnya.
“Kurang lebih berapakah hari Bu..?” bertanya Inah.
“Lumayan lama.. mungkin nyaris 1 bulan.”
“Baik Bu..” ujar Inah maklum.
Bu Rhien selekasnya berakhir melalui Jo yang sedang bersihkan tanaman di pelataran belakang itu. Ia menggangguk saat Jo membungkuk hormat kepadanya.
Ibu Rhien majikannya itu masih terbilang muda, paling tua mungkin sekitaran 30 tahunan, demikian Inah sebelumnya pernah narasi padanya. Mereka menikah baru saja dan termasuk lamban karena ke-2 nya repot di studi dan tugas. Tetapi sesudah menikah, Bu Rhien kelihatannya semakin banyak di dalam rumah. Meskipun karakternya cuma sementara, untuk sekedar interval istirahat saja.
Dengan perawakan langsing, dada tidak demikian besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca mata dan kaki yang lenjang, Bu Rhien berkesan arogan dengan wibawa intelektualitas yang lebih tinggi. Tetapi terlihat jika ia seseorang yang murah hati dan bisa memahami kesusahan hidup seseorang walau dalam pembagian yang selayaknya. Dengan ke-2 pembantunya juga tidak demikian kerap bicara.
Cuma kadang-kadang jika memang perlu. Tetapi Jo tahu tentu Inah lebih dekat sama majikan wanitanya, karena mereka kerap terlibat percakapan di dapur atau di ruangan tengah jika waktunya lengangBeberapa hari keperginya Bapak ke Kalimantan, Jo tanpa menyengaja menguping perbincangan ke-2 wanita itu.
“Tersebut Nach.. terkadang belajar perlu ..” suara Bu Rhien kedengar cukup geli.
“Di daerah memang terang-terangan saya sebelumnya pernah Bu..” Inah terlihat cukup bebas menjawab.
“O ya..?”
“Iya.. kami.. sst.. pss..” dan sebagainya Jo tidak bisa kembali tangkap isi perbincangan itu. Cuma selanjutnya kedengar tawa berderai mereka berdua.
Jo mulai lupa pembicaraan yang memunculkan tanda pertanyaan itu karena aktivitasnya tiap hari. Bersihkan halaman, menjaga tanaman, membenahi keadaan rumah, pagar dan lain-lain yang dipandang perlu diatasi. Hari untuk hari berakhir demikian saja. Sampai sesuatu sore, Jo cukup kaget saat ia sedang istirahat sesaat di kamarnya.
Mendadak pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..
” pintu itu selekasnya tutup kembali.
Didepannya sekarang Bu Rhien, majikannya berdiri melihatnya dengan pandangan yang tidak bisa dia memahami.
“Jo..” suaranya cukup serak.
“Jangan terkejut.. tidak terjadi apa-apa. Ibu cuma ada perlu sesaat..”
“Maaf Bu..
” Jo segera kenakan kaosnya.
Baru saja ia cuma dengan celana pendek. Bu Rhien diam dan memberikan peluang Jo kenakan kaosnya sampai usai. Kelihatannya Bu Rhien telah bisa kuasai diri kembali. Dengan mimik biasa ia selekasnya sampaikan tujuan kehadirannya.
“Hmm..,” ia melihat ke pintu.
“Ibu meminta kamu tidak perlu narasi ke siapa saja. Ibu perlu pinjam suatu hal darimu..”
Selanjutnya ia selekasnya melempar sebuah majalah.
“Saksikan dan segeralah ikutinya perintah Ibu..
” suara Bu Rhien cukup menekan.
Cukup gelagapan Jo buka majalah itu dan terperanjat merasakan beragam gambar yang mengakibatkan napasnya langsung mengincar. Walau orang daerah, ia memahami apakah arti semuanya. Apalagi jujur ia sedang mencapai umur yang kerap kali membuat terjaga di tengah-tengah malam karena bayang-bayang dan udara yang memengapkan dada jika baru menonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke “itu”.
Sejurus dilihatnya Bu Rhien yang sedang bergerak ke arah pintu. Beliau kenakan kaos hijau ketat, sedangkan bawahannya berbentuk rok yang cukup kendur warna hitam cukup berkilat entahlah apa berbahan. Selekasnya tangan putih mulus itu menggerendel pintu.
Selanjutnya.., “Berbaringlah Jo.. dan bebaskan celanamu..
“Cukup sangsi Jo mulai buka.
“Dalemannya ..” cukup jemu Bu Rhien ucapkan tersebut.
Dengan malu Jo melepas CD-nya. Sesaat selanjutnya terpampanglah alat pribadinya ke atas.
Lain dari pikiran Jo, rupanya Bu Rhien tidak selekasnya turut buka bajunya. Dengan muka merunduk tanpa ingin menyaksikan ke mukanya, ia selekasnya bergerak naik ke atas badannya. Jo rasakan hembusan luar biasa saat betis mereka bersinggungan.
Naik kembali.. sekarang Jo dapat rasakan lembutnya paha majikannya itu bersinggungan dengan paha atasnya. Naik kembali.. dan.. Jo rasakan semua tulang belulangnya terkena strum beberapa ribu watt saat ujung alat pribadinya sentuh sisi lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Rhien.
Tanpa menunjukkan sedikitpun sisi badannya, Bu Rhien kelihatannya akan lakukan persetubuhan dengannya. Jo menghela napas dan menelan ludah saat tangan halus itu menggenggam alatnya dan, “Bleesshh..
Dengan tubuh tergetar di antara lemas dan kaku, Jo sedikit mengeluh meredam geli dan kepuasan saat barangnya dilumat oleh daging hangat yang empuk tersebut.
Dengan tetap merunduk Bu Rhien mulai menggoyahkan bokongnya. Tangannya menepiskan tangan Jo yang perasaanah akan merangkulnya.
Itil V3
“Hhh.. ehh.. sshh.. ” terlihat Bu Rhien meredam napasnya.
“Aakh.. Bu.. saya.. saya tidak tahan..” Jo mulai mengeluhkan.
“Tahann sesaat.. sesaat saja..
” Bu Rhien terlihat cukup geram ucapkan itu, keringatnya mulai banyak muncul di kening dan hidungnya.
Semaksimal mungkin Jo meredam saluran yang akan meletus di ujung perlengkapannya. Di atasnya Bu Rhien terus berlomba.. bergerak makin liar sampai dipan tempat mereka ada turut berderit-derit. Lama-lama makin cepat dan pada akhirnya terlihat Bu Rhien melafalkanng, kepalanya ditengadahkan ke atas menunjukkan lehernya yang putih berkeringat.
“Aaahhkhh..
Sejurus selanjutnya ia stop bergoyang. Lemas terkulai namun masih tetap di posisi duduk di atas badan Jo yang tetap tergetar meredam rasa. Napasnya tetap mengincar.
Sesaat selanjutnya, “Pleph..
” mendadak Bu Rhien mengambil bokongnya dari badan Jo.
Ia selekasnya berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang terkuak sesaat.
Selanjutnya, “Jangan narasi ke siapa saja..
” pungkasnya, “Apabila kamu belum usai, kamu dapat puaskan ke Inah.. Ibu telah berbicara dengannya dan ia siap..” tegasnya cepat dan selekasnya jalan ke pintu lantas keluar.
Jo terhenyak di kasurnya. Sesaat ia berusaha meredam degup jantungnya. Diambilnya napasdalam-dalam. Sekalian semaksimal mungkin menahan renyutan di ujung penisnya yang dirasa ingin menyemburkan cepat tersebut. Sesudah dapat tenang, ia selekasnya bangun, kenakan bajunya selanjutnya tiduran.
napasnya tetap tersisa birahi yang lebih tinggi tetapi kesadarannya cepat menyebar di kepalanya. Ia sadar, mustahil ia menuntut apapun itu pada majikan yang memberikannya hidup tersebut. Tetapi benar-benar hebat kisah hidupnya itu. Tidak sedikitpun terpikirkan, Bu rhien yang demikian berwibawa itu lakukan perlakuan semacam ini.
Dada Jo cukup berhembus terpikir perkataan Bu Rhien mengenai Inah. Terpikir raut muka Inah yang dalam pikirannya polos, tapi mengapa ingin diminta melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..
biarkanlah perlakuan bobrok ini di antara saya dan Bu Rhien. Tidak ingin ia mengikutsertakan seseorang kembali. Perlahan-lahan tetapi tentu Jo sanggup endapkan semua pikiran dan pergolakan hatinya. Beberapa saat selanjutnya ia lelap, tenggelam dalam kenyamanan yang tanggung dan menjejal dalam tidurnya.
Tindakan Bu Rhien bersambung setiap kali suaminya tidak ada di dalam rumah. Selalu dan selalu ia tinggalkan Jo pada kondisi meredam pergolakan yang menggelegak tanpa penuntasan yang pantas. Seringkali Jo akan melanjutkan keinginannya ke Inah, tapi selalu dibatalkan karena ia ragu, apa semua betul-betul telah ditata oleh majikannya atau hanya argumen Bu Rhien tidak untuk memberi balasan servis padanya.
Sampai pada akhirnya di suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan kedengar beberapa suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya yang unik dan dihafal benar oleh Jo. Ia cukup terusik saat dengar daun pintu kamarnya terbuka.
“Kriieet..
” rupanya Bu Rhien.
Terlihat selekasnya mengambil langkah masuk kamar. Malam hari ini beliau kenakan daster merah jambu bermotif bunga atau daun-daun apa Jo tidak terang memperhatikannya. Karena selekasnya dirasanya napasnya mengincar, tenggorokannya tercekat dan ludahnya berasa asin. Mukanya berasa tebal tidak merasa kan apapun.
Cukup tergesa-gesa Bu Rhien selekasnya tutup pintu. Tanpa berbicara sedikitpun ia mengganggukkan kepalanya. Jo selekasnya memahami. Ia selekasnya menarik tali sakelar di kamarnya dan sesaat ruangnya jadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menanti Jo melepaskan celananya, Bu rhien terlihat menyapukan pandangannya ke seantero kamar.
“Hmm.. anak ini cukup rajin bersihkan kamarnya..” pikirnya.
Tetapi selekasnya berhenti saat dilihatnya “alat pemuasnya” itu siap.
Dan.., peristiwa itu terulang lagi untuk beberapa kalinya. Sesudah usai Bu Rhien selekasnya berdiri dan merapihkan bajunya. Ia akan bergerak saat mendadak terpikir suatu hal.sebuah hal.
“Oh Ibu lupa..” berhenti sesaat ucapannya.
Jo memutar otak.. kurang apalagi..? Jujur ia mulai tidak kuat menangani gairahnya setiap kali ditinggalkan demikian saja, ingin sekali ia raih pinggang seksi itu setiap kali akan keluar pintu.
Sambungnya, “Hmm.. Inah pulang daerah pagi barusan..” dengan muka cukup masam Bu Rhien selekasnya menangguhkan jalannya.
“Rasanya tidak adil jika cuma Ibu yang bisa. Sementara kamu ketinggalan demikian saja karena tidak ada Inah..”
Jo nyaris keceplosan jika sejauh ini ia sebelumnya tidak pernah meneruskan dengan Inah. Tetapi mulutnya selekasnya dikuncinya kuat-kuat. Ia merasa Bu Rhien akan memberikannya suatu hal.sebuah hal. Rupanya betul.. Wanita itu selekasnya memerintahnya berdiri.
“Mau tak mau Ibu layani kamu malam hari ini. Tetapi ingat.., jangan sentuh apapun itu. Kamu cuma bisa melakukan sesuai yang Ibu kerjakan padamu..”
Selanjutnya Bu Rhien selekasnya duduk di pinggir tempat tidur. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian ia buka pahanya. Matanya selekasnya melihat Jo dan memberikannya kode.
“..” Jo tergagap. Tidak menduga akan dikasih peluang semacam itu.
Dalam sinar kamar yang kurang itu dadanya berhembus luar biasa menyaksikan sepasang paha mulus terlentang. Di samping atas sana terlihat dua bukit membuncah dibalik BH warna krem yang ada sedikit di leher daster. Dengan perlahan ia merapat. Selanjutnya dengan cukup sangsi selangkangannya ditujukan ke tengah antara dua iris paha mulus tersebut. Terlihat Bu Rhien mengalihkan muka ke samping jauh.. sejauhnya.
“Degh.. degh..” Jo cukup kesusahan masukkan alatnya.
Karena sejauh ini ia memang pasif. Hingga tidak ada pengalaman masukkan sama sekalipun. Tetapi ia rasakan nikmat yang hebat saat kepala penisnya sentuh daging lunak dan bersinggungan dengan rambut kemaluan Bu Rhien yang tebal tersebut. Hhh..
Sangat nikmat. Bu Rhien menggigit bibir. Ingin rasanya menyepak bocah kurang ajar ini. Tetapi ia selekasnya mengetahui ini semua ia yang mengawali. Tubuhnya menggeliat meredam geli saat dengan cukup paksakan namun masih tetap perlahan Jo sukses masukkan penisnya (yang keras dan cukup itu) ke perlengkapan rahasianya.
Sesaat selanjutnya Jo secara perasaanah mulai menggoyahkan bokongnya mundur-maju.
“Clep.. clep.. clep..
” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rhien yang basah belum sempat dicuci sesudah persetubuhan pertama barusan.
“Karies.. karies.. plakk..,” terkadang Jo terlampau kuat menekan hingga pahanya beradu dengan paha putih mulus tersebut.
“Ohh.. sedap sekali..” berpikir Jo.
Ia rasakan kepuasan lebih kembali dengan posisi ia yang aktif ini.
“Ehh.. shh.. okh..,” Jo betul-betul tidak dapat kembali tutupi rasa enaknya.
Nyaris beberapa saat lama waktunya kondisi berjalan semacam itu. Sementara Jo sekilas melihat begitu muka Bu rhien mulai memeras. Matanya terpejam dan ia melengos ke kiri, terkadang ke kanan.
“Hkkhh..” Bu Rhien berusaha meredam napas.
Awalnya ia berpikir servicenya cuma akan sesaat karena ia mengetahui anak ini tentu sudah diujung “konak”-nya.
Tetapi rupanya, “Huoohh..,” Bu Rhien rasakan otot-otot kewanitaannya tegang kembali terima gesekan-gesekan kasar dari Jo.
Ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terbangkitkan gairahnya.
Jo terus bergoyang, berputar-putar, menyeruduk, menekan dan menggerakkan semaksimal mungkin. Ia betul-betul telah lupa siapa wanita yang didepannya ini. yang terpikir ialah kemauan untuk cepat keluarkan suatu hal yang dirasa deras mengucur dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya..
“Ehh..” Bu Rhien tidak sanggup kembali membendung gairahnya.
Daster yang semula dipegangi supaya badannya sedikit terkuak itu lepas dari tangannya, hingga sekarang terkuak jauh sampai ke atas pinggang. Menyaksikan panorama ini Jo makin terangsang. Ia merunduk memperhatikan alatnya yang serba hitam, kontras dengan badan putih mulus di depannya yang mulai menggelinjang-geliat, hingga mengakibatkan tangkai kemaluannya makin teremas-remas.
“Ohh.. aduh.. Bu..,” Jo mengeluh perlahan penuh kepuasan.
Yang terang Bu Rhien tidak akan dengarnya karena beliau sendiri sedang berusaha menantang rangsangan yang makin dekat ke pucuknya.
“Okh.. hekkhh..” Bu Rhien menegang, semaksimal mungkin ia mengendalikan diri, tetapi sikatan itubenar-benar kuat dan tahan.
Sembunyi-sembunyi ia takjub dengan stamina anak ini.
Pada akhirnya karena tidak sanggup kembali meredam, Bu Rhien selekasnya mengapitkan ke-2 pahanya, tanganya raih sprei, meremasnya, dan.., “Aaakkhh..
” ia mengeluh nikmat. Orgasmenya yang ke-2 dari sang Jo malam hari ini. Sementara sang Jo juga sudah tidak tahan kembali. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan bokong wanita itu diangkat, penisnya betul-betul seperti dipelintir sampai, “Cruuth..
crut.. crut..
” terpancar sesuatu cairan kental disana. Jo rasakan nikmat yang hebat. Seperti kencing tetapi berasa sedap campur gatal-gatal bagaimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Jo terkulai. Badannya tergetar dan ia selekasnya undur dan mengambil penisnya selanjutnya terhenyak duduk di atas bangku samping meja di kamarnya. Mukanya menengadah sementara lewat cara natural tangannya terus meremas-remas penisnya, habiskan tersisa cairan yang terdapat disitu. Ooohh.. sedap sekali..
Di tempat tidur Bu Rhien terlentang lemas. Betul-betul nikmat persetubuhan yang ke-2 ini. Sesaat ia terkulai seolah tidak sadar dengan kondisinya. Bongkahan bokongnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya tangkai kenyal yang keras itu tetap menyumpal sela vaginanya. Memberikannya sengatan dan sikatan-sodokan yang nikmat.
Jo melihat badan cantik itu dengan penuh rasa tidak yakin. Baru saja ia menidurinya, sampai ia memperoleh kepuasan. Apakah benar..?
Sementara itu sesudah sadar, Bu Rhien selekasnya bangun. Ia mengatur bajunya. Tebersit suatu hal yang cukup aneh dengan anak ini. Barusan ia merasa begitu panas sinaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani lelaki yang baru sebelumnya pernah bersetubuh.
“Berapakah jam umumnya kamu lakukan ini dengan Inah, Jo..?” bertanya Bu Rhien memeriksa.
Jo termenung. Apa beliau tidak geram jika ia terang-terangan..?
“Mengapa diam..?”
Jo menghela napas, “Maaf Bu.. tidak pernah.”
“Hah..
? Jadi sejauh ini kamu..?”
“Iya Bu. Saya cuma diam saja sesudah Ibu pergi.”
“Oo..,” Bu Rhien melongo.
Benar-benar tidak diperhitungkan benar-benar jika itu yang sejauh ini terjadi. Betapa tersiksanya sejauh ini jika demikian. Saya rupanya egois . Tetapi..?, saat saya harus melayaninya. Apapun itu ia kan cuma pembantu. Ia cuma perlu tangkai muda-nya untuk penuhi keinginan sex-nya yang menggelora terus tersebut. Sejauh ini bahkan juga suami dan kekasih-pacarnya dahulu tidak pernah ketahuinya. Ini rahasia yang disimpan rapat.
“Hmm.. baik. Ibu meminta kamu jangan katakan ke siapa saja. Sebetulnya Ibu telah berbicara sama Inah berkenaan permasalahan ini. Tetapi ternyata kalian tidak menyambung. Ya .. yang terpenting satu kali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. memahami..?” kembali suaranya berwibawa dan membuat enggan.
“Memahami Bu..,” Jo menjawab penuh rasa rikuh.
Pada akhirnya Bu Rhien keluar kamar dan Jo selekasnya melempar tubuhnya ke kasur. Capek, capek, namunnikmat dan berasa legaa.. sekali.