Cerita Sex Ingin Berhubungan Dengan Seorang Janda Bohay

Narasi Seks Asli 2018 Sudah belasan tahun berpraktek saya di teritori kotor ibukota, persisnya di teritori Dermaga Masyarakat di Jakarta Barat. Pasienku agak banyak, tetapi rerata dari kelas menengah ke bawah . Maka sekalinya sudah belasan tahun saya berpraktek dalam jumlah pasien cukup, saya tetap tidak berani membangun rumah tangga, karena saya betul-betul ingin menyenangkan istriku, jika saya memiliki nantinya, dan kebahagiaan bisa secara gampang diraih jika kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.

Cersex DewasaTetapi saya sebelumnya tidak pernah mengeluhkan akan kondisiku ini. Saya tidak mau memperbandingkan diriku pada Dr. Susilo yang pakar bedah, atau Dr. Hartoyo yang specialist kandungan, sekalinya mereka dahulu saat waktu sama kuliah di fakultas kedokteran kerap saya tolong saat hadapi ujian. Mereka ialah bintang kedokteran yang berkilau di bumi pertiwi, tidak cuma kepopuleran nama, kekayaan yang terlihat dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Cantik, Permata Hijau, Bukit Sentul dan lain-lain.

Dengan pekerjaanku yang layani warga kelas bawah, yang membutuhkan servis kesehatan yang dapat dijangkau, saya mendapat kepuasan secara batiniah, karena saya bisa layani sama-sama secara baik. Tetapi, dibalik itu, aku juga mendapat kepuasan yang sangat benar-benar di bagian non materi yang lain.

Sesuatu malam hari, saya disuruh berkunjung pasien yang ucapnya sedang sakit kronis di tempat tinggalnya. Seperti umumnya, saya mendatanginya sesudah saya tutup praktik pada sekitaran 1/2 sepuluh malam. Rupanya sakitnya sebetulnya tidak kronis jika dilihat dari kacamata kedokteran, cuma flu berat dibarengi kurang darah, menjadi dengan suntikan dan obat yang umum saya siapkan untuk mereka yang kesulitan mendapat obat malam malam, sang ibu dapat di entengkan penyakitnya.

Saat saya ingin tinggalkan rumah sang ibu, rupanya tanggul di pinggir sungai bobol, dan air bah terjang, sampai mobil kijang bututku langsung tenggelam sampai dengan tinggi lebih kurang 50 senti dan mematikan mesin yang sebelumnya sempat hidup sesaat. Air di mana saja, dan aku juga menolong keluarga sang ibu untuk pindah ke atas, karena kebenaran rumah petaknya terbagi dalam 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil salah satu tempat anak gadis sang ibu tinggal.

Karena tidak adanya kemungkinan untuk pulang, karena itu sang Ibu tawarkan saya untuk bermalam sampai air kering. Di dalam kamar yang sempit itu, sang ibu selekasnya tertidur dengan lelapnya, dan tinggallah saya berduaan dengan anak sang ibu, yang rupanya dalam cahaya remang-remang, terlihat manis sekali, mahfum, umurnya saya prediksikan baru sekitaran awalnya dua beberapa puluh.

“Pak dokter, maaf ya, kami tidak bisa menyajikan apa apa, nampaknya semua perlengkapan dapur tergenang di bawah”, ucapnya dengan suara yang demikian merdu, sekalinya di luar kedengar bentangan hujan tetap mendayu-dayu dayu.
“Oh, tidak apapun kok Dik”, sahutku.
Dan untuk melalui waktu, saya banyak menanyakan kepadanya, yang rupanya namanya Sri.

Rupanya Sri ialah janda tanpa anak, yang suaminya wafat karena kecelakaan di laut dua tahun lalu. Hanya karena berdua dengan ibunya yang sakit-sakitan, karena itu Sri masih tetap menjanda. Sri saat ini bekerja pada pabrik konveksi baju beberapa anak, tetapi perusahaan tempatnya bekerja juga terserang imbas kritis ekonomi yang berkelanjutan.

Saat saya melihat ke arlojiku, rupanya jam sudah memperlihatkan 1/2 dua pagi hari, dan saya saksikan Sri mulai terkantuk-kantuk, karena itu saya anjurkan ia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, saya mau tak mau duduk dari sisi Sri yang mulai merebahkan diri.

Baca Juga:  Cerpen Sedarah Lusi Saudara Tiriku

Terlihat rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung terlihat bergerak turun naik secara teraturnya menemani napasnya. Saat Sri kembali tubuh dalam tidurnya, belahan pakaiannya cukup terkuak, hingga dapat kusaksikan buah dadanya yang montok dengan belahan yang dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menunjukkan busungan buah dadanya yang terlihat benar-benar melawan. Saya coba merebahkan diri di sebelahnya dan rupanya Sri masih tetap pulas dalam tidurnya.

Pikiranku menerawang, terpikir saya akan Wati, yang memiliki buah dada montok, yang dulu pernah saya setubuhi malam minggu lalu, saat saya melepas capek di panti pijat tradisionil yang ada beberapa di teritori saya berpraktek. Tetapi Wati rupanya cuma nikmat dilihat, karena permainan seksnya jauh di bawah keinginanku. Saat itu saya hampir-hampir tidak bisa pulang jalan tegak, karena burungku tetap keras dan mengacungkan sesudah ‘selesai’ bergumul dengan Wati. Mahfum, saya tidak terpenuhi secara seksual, dan sekarang, sudah satu minggu berakhir, dan saya tetap merendam berahi antara selangkanganku.

Saya coba meraba-raba buah dada Sri yang demikian melawan, rupanya ia tidak menggunakan beha di bawah pakaiannya. Teraba puting susunya yang imut. dan saat saya coba melepas pakaiannya, rupanya secara gampang dapat kulakukan tanpa membuat Sri terjaga. Saya dekatkan bibirku ke putingnya yang samping kanan, rupanya Sri masih tetap tertidur. Saya mulai rasakan kemaluanku mulai jadi membesar dan cukup menegang, menjadi saya lanjutkan permainan bibirku ke puting susu Sri yang samping kiri, dan saya mulai meremas buah dada Sri yang montok tersebut. Berasa Sri bergerak dalam bawah himpitanku, dan terlihat ia terjaga, tetapi saya selekasnya menyikat bibirnya, supaya ia tidak menjerit. Saya lumatkan bibirku ke bibirnya, sekalian menjulurkan lidahku ke mulutnya. Berasa sekali Sri yang sebelumnya cukup tegang, mulai santai, dan nampaknya ia nikmati permainan bibir dan lidahku, yang dibarengi remasan gaungs pada ke 2 buah dadanya.

Setalah saya percaya Sri tidak berteriak, saya alihkan bibirku ke bawah, sekalian tanganku coba menyibakkan roknya supaya tanganku dapat meraba-raba kulit pahanya. Rupanya Sri benar-benar kerja sama, ia gerakkan pantatnya hingga secara gampang justru saya bisa turunkan roknya sekalian dengan celana dalamnya, dan waktu itu kilat di luar membuat sepintas terlihat pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat antara pangkal pahanya tersebut.

Kujulurkan lidahku, khususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di pinggir bibir besar kemaluannya. Di tengah-tengah atas, rupanya clitoris Sri mulai mengeras, dan saya jilati sepuas hatiku sampai berasa Sri cukup gerakkan pantatnya, tentu ia meredam pergolakan berahinya yang mulai terganggu oleh jilatan lidahku tersebut.

Sri biarkan saya bermain-main dengan bibirnya, dan berasa tangannya mulai buka kancing bajuku, lantas melepas ikat pinggangku dan coba melepas celanaku. Nampaknya Sri mendapatkan sedikit kesusahan karena celanaku berasa sempit karena kemaluanku yang semakin jadi membesar dan semakin menegang.

Sekalian masih tetap menjilat-jilati kemaluannya, saya menolong Sri melepas celana panjang dan celana dalamku sekalian, hingga sekarang kami sudah bertelanjang bundar, tiduran bersama-sama di lantai kamar, dan ibunya masih pulas di atas tempat tidur.

Mata Sri terlihat cukup terbeliak saat ia melihat ke bawah perutku, yang penuh banyak oleh rambut kemaluanku yang subur, dan tangkai kemaluanku yang sudah jadi membesar penuh dan pada kondisi tegang, membubung dengan kepala kemaluanku yang jadi membesar pada ujungnya dan terlihat merah berkilat.

Baca Juga:  Cersek Sedarah Kehangatan dari kak Ayu

Kutarik kepala Sri supaya merapat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke bibirnya yang imut. Rupanya Sri tidak canggung buka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku secara halusnya. Tangan kanannya mengelus tangkai kemaluanku dan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Saya lebih memajukan pantatku dan tangkai kemaluanku semakin saat masuk mulut Sri. Ke-2 tanganku repot meremas buah dadanya, lantas pantatnya dan kemaluannya. Saya mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuat menggeliat, saat saya rasa kemaluan Sri mulai membasah, saya tahu, waktunya telah dekat.

Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri sampai terlentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit renggangkan ke-2 pahanya, hingga saya gampang menyesuaikan diri di atas tubuhnya, dengan dada menekan ke-2 buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan sisi bawah badanku ada di ke-2 pahanya yang semakin dilebarkan. Saya turunkan pantatku, dan berasa kepala kemaluanku sentuh bulu kemaluan Sri, lantas saya geserkan cukup ke bawah dan sekarang berasa kepala kemaluanku ada di ke-2 bibir besarnya dan memulai sentuh mulut kemaluannya.

Selanjutnya saya dorongkan tangkai kemaluanku pelan-pelan telusuri lubang sanggahma Sri. Berasa cukup geret majunya, karena Sri sudah menjanda 2 tahun, dan nampaknya belum rasakan tangkai kemaluan lelaki semenjak tersebut. Dengan sabar saya majukan terus tangkai kemaluanku hingga kemudian ketahan oleh dasar kemaluan Sri. Rupanya kemaluanku lumayan besar dan panjang untuk Sri, tetapi ini cuma sesaat saja, karena selekasnya berasa Sri mulai sedikit gerakkan pantatnya hingga saya bisa menggerakkan tangkai kemaluanku sampai habis, menusuk ke lubang kemaluan Sri. Baca : Cerita Seks Riil Terpanas Ibu Dokter Janda Binal

Saya biarkan tangkai kemaluanku dalam lubang kemaluan Sri sekitaran 20 detik, baru kemudian saya mulai menariknya pelan-pelan, sampai kurang lebih separuhnya, lantas saya dorongkan lebih cepat sampai habis. Pergerakan pantatku rupanya menghidupkan berahi Sri yang menyahut dengan pergerakan pantatnya mundur dan maju, terkadang arah ke kiri dan kanan dan kadang-kadang bergerak putar, yang membuat kepala dan tangkai kemaluanku berasa di remas-remas oleh lubang kemaluan Sri yang semakin membasah.

Tidak berasa, Sri kedengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan napasku yang diterpali nafsu yang semakin melambung. Untuk pertama kali saya meniduri Sri, saya belum ingin lakukan style yang mungkin akan membuat terkejut, menjadi saya lanjutkan pergerakan pantatku meng ikuti irama bersetubuh yang tradisionil, tetapi ini berbuah hasil kepuasan yang sangat benar-benar. Sekitaran 40 menit selanjutnya, dibarengi jeritan kecil Sri, saya hunjamkan semua tangkai kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan saat itu juga selanjutnya, berasa kepala kemaluanku mengusikk-angguk dalam kesempitan lubang kemaluan Sri dan pancarkan air maniku yang sudah ketahan lebih satu minggu.

Berasa tubuh Sri melamas, dan saya diamkan berat tubuhku terbaring di atas buah dadanya yang montok. Tangkai kemaluanku mulai melemas, tetapi masih lumayan besar, dan kubiarkan tergoler dalam capitan lubang kemaluannya. Berasa ada cairan hangat mengucur membasahi pangkal pahaku. Sekalian merengkuh badan Sri yang berkeringat, saya bisikan-bisikan ke telinganya, “Sri, terima kasih, terima kasih..”