Cerita Sex Panas Agus PNS Perkosa Penari Bali
Bokep Foto – 2018 Karyawan Negeri Sipil (PNS) mengenai penjelajahan atau pengalaman sexnya yang luar dapat dengan seorang penari di Bali. Memikat buat kita baca sebagai sebuah pengalaman yang menarik untuk jadi bahan referensi atau fantasi seksual. Berikut secara lengkap narasi dewasa sex PNS. Berlibur Rekreasi Romantis Bali.
Kenalkan Namaku Agus seorang Karyawan Negeri Sipil (PNS), untuk kerahasiaan saya tidak tuliskan tahun berlangsungnya kejadian ini dan nama asli. Tetapi narasi ini ialah betul ada. Bulan November saya meng ikuti prajabatan PNS, yah tidak ada yang kukenal di prajabatan ini, karena itu saya berusaha untuk cari rekan sebanyaknya. Pagi itu ialah jam pertama, saya duduk di kursi kelas sisi tengah, kulirik kanan dan kiri. tidak ada yanmg kukenal, tetapi ada satu yang memikat perhatianku, seorang gadis elok duduk tidak jauh dariku, ia terlihat ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo masak, tetapi buatku ia kelihatan yang paling elok di kelas. Ia lantas mengenalkan diri.
Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.
“Nama saya Ni Ketut Dede Ariyani, saya guru tari Bali, nama kamu siapa? kok melihatin terus sich?”
Saya menjadi salah kelakuan, lantas saya menjawab,
“Maaf ya mbok tut, nama saya Agus, setelah tak ada yang dikenali sich…”
“Saat ini kan sudah mengenal,memang umur kamu berapakah? kok manggil mbok”
“25 mbok, memang mengapa?”
“oh, memang benar kamu manggil saya mbok, usia saya 28.”
“Oh…”
Walaupun ia katakan umurnya 28 tetapi ia tidak kelihatan setua itu, perawakannya lebih pendek dari saya dan tubuhnya sintal. Semenjak perjumpaan itu kami kerap bercakap berdua di saat prajabatan sepanjang dua minggu itu, smsan dan telepon-telponan, ia kerap dilihat dengan cowok yang masih sama kawan-kawan saya diundang raksasa, Dede katakan sich itu tunangannya, saya kesel tetapi apa daya saya hanya dapat senyuman, tetapi memang di saat itu saya belum rasakan apapun.
Di saat satu hari saat sebelum penutupan ia katakan ini,
“Gus, kelak setelah penutupan kita jalanan yok!?”
“ayuk”, kataku dengan suka hati, “memang ingin ke mana mbok?”
“yah, ke bioskop atau ke mana begitu.”
“oke..”
waktu itu datang, saya dah bersiap untuk penutupan dan tidak lupa saya bawa baju mengganti, demikian usai penutupan kami pergi ke bioskop, kami menonton dan menyengaja pilih kursi paling tepi, entahlah mengapa saya mulai berpikir kotor, lantas saya merengkuh ia, ia tidak menampik. Lantas saya beranikan diri untuk mencium ia, ia justru menyongsong kecupanku secara hangat. Kami berciuman lama sekali, saya melumat bibirnya dengan penuh gairah, sesudah beberapa saat ia berbicara,
“rupanya hati tidak dapat berbohong ya.”
“iya…”
Saya tidak sangsi untuk merengkuh dan menciumnya bahkan juga saya berani menggenggam payudaranya dari dalam pakaiannya sementara ia menggenggam dadaku, pada akhirnya kami usai menonton film lantas saya berbicara,
“De..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma saya.”
“Gak dapat gus, saya ma ia dah lebih dari berpacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin saja kami dah menjadi suami istri…”
Saya sedih dan geram tetapi gak dapat apapun, pada akhirnya saya katakan,
“Terserah.”
Saya sebelumnya tidak pernah ngehubungi ia sepanjang sekian hari, pada akhirnya saya berpikiran normal saya mustahil masuk ke hidupnya, yah… saya pada akhirnya mengontak ia kembali dan kami bercakap seperti umumnya tidak ada permasalahan kembali dan di suatu saat ia ajak saya makan di ayam wong Solo.
Saya jadi orang lebih miskin dari ia terang tidak menampik. Kami pergi ke sana terus kami pesan meja pada tempat bebas rokok yang sepi dan tertutup.
Sesudah usai makan, saya dan ia yang duduk berdekatan menumpahkan rasa rindu. Kami sama-sama mencium, sama-sama melumat dan sama-sama menggenggam. Saya berbicara kepadanya,
“De, saya ingin membuat cupang di leher kamu.”
“Coba saja!”
Saya coba mengisap lehernya untuk membikin cupang tapi tidak berhasil, ia lantas ketawa sekalian berbicara,
“He… he… he… bukan begitu triknya, nih saya contohin”, ia mulai berlaga. Entahlah bagaimana triknya ia menghisap, yang
terang rasanya saya melayang, saya hanya mendesah,
“Ah… ah…”
“Tuch kan, dah merah”, katanya sekalian menunjuk leher saya.
“Dasar… De, kita pulang yok.”
“ayuk.”
Dede lantas bayar makanan sementara saya segera ke arah mobilnya. Sesampainya di dalam rumah, pikiranku kacau-balau karena cupang itu, saya segera nge-sms ia,
“De… saya ingin cupangnya tidak di leher, saya ingin di dada, saya ingin membuat cupang di dada kamu.”
Saya anggap ia geram, tetapi ia justru ngebalas,
“Gus, saya sayang ma kamu, jika kamu bikin cupang di dadaku bisa kok, disamping itu sebagai pertanda sayang saya, saya ingin 3d.”
“Apaan tuch 3d?”, balasku.
“Diputer, Dijilat trus Direndamin.”
“Hah!! Betulan? Atau bergurau nih?”
“betulan, masak saya bermain-main.”
“Kapan kamu ingin? Tetapi saya tidak pernah lho sayang, apa perlu pakai pengaman?”
“Saya pinginnya gak pakai, tetapi jika kamu sangsi lebih bagus pakai saja, waktunya kelak saja jika ada peluang, bagaimana?”
“Oke dech, met istirahat ya sayang…”
“Istirahat apaan saya kan harus nari di Hotel sayang, kelak jika saya gak balas bermakna saya masih repot atau ada dirinya dengan aku.”
“Ya dech, met kerja ya sayang.”
Yah, ini ialah agenda harian ia, ia ialah seorang penari Bali dan terkadang ia nari di hotel terkadang justru sampai ke luar negeri.
Lama saya menanti saat itu, pada akhirnya saya mendapatkan peluang training 4 hari. Tapi karena kecerdikan panitia training itu cuma tiga hari. Bermakna saya cuma punyai waktu satu hari. Saya segera nge-sms ia,
“De… esok gak ngajarkan? Kita kerjakan gagasan kita yok?”
“ayuk, kelak saya jemput di mana?”
“Jemput saya di tempat training di Jalan Hayam wuruk.”
“Oke!”
Besoknya saya telah menanti ia pada tempat training. Beberapa saat selanjutnya ia datang. Saya segera naik ke mobilnya dan mengganti pakaian didalamnya. Saya yang sudah gairah lantas katakan,
“Kita ingin ke mana? ayuk”, Dede menggunakan pakaian yang cukup ngepres di tubuhnya, sedangkan pada bagian bawah ia cuma kenakan kain pantai, saat saya lirik rupanya ia tidak mengunnakan apapun selainnya kain pantai dan sudah pasti cd.
“Jangan begitu, kita makan dahulu yuk…”
Kami lantas makan, seterusnya kami ke arah bungalow di Kuta, tetapi awalnya kami telah beli makan siang lebih dulu.
Sesampai di dalam kamar bungalow, ia lantas tutup pintu, saya yang sudah gairah langsung menggempurnya. Ia lantas berbicara,
“Gak menjadi ah…”
“Trus kita ngapain ke sini?”
“bercakap sekalian berbaring.”
“Sedap saja”, saya segera menggempur ia berusaha melepaskan pakaiannya dan kain pantainya, lantas ia katakan,
“Sabar donk sayang.” Dede lantas mematikan lampu, lantas tutup tirai tadi tidak tertutup, saya memang sudah gairah simak kemolekan ia menjadi gak memerhatikan tersebut.
Pada akhirnya saya menggempur ia, ini kali saya tidak menemuka perlawanan bermakna, ia sudah siap. Saya mencium ia gairah, lantas melepaskan pakaiannya dan kain pantainya, badannya sekarang cuma tertutupi BH dan CD. Ia lantas katakan,
“Gus… Saya sebelumnya pernah dioperasi di payudara dahulu ada benjolannya.”
BHnya saya lepas lantas saya menciumi payudaranya secara halus,
“ehm… ehm…”
“Gus… ka… mu… be….bbener lembut… ah ah ahh..”
Desahannya membuat saya bergairah, lantas saya melepaskan bajuku dan celana ku hingga saya telanjang di muka ia, CD diapun kulepas, ia lantas berbicara,
“Gus… pakai kondom dahulu ya sayang…”
Ia lantas menggunakankan saya kondom, saya yang pemula langsung masukkan punyaku ke vaginanya. Beberapa saat selanjutnya saya sudah keluar, yah karena saya belum pengalaman, ia melepaskan kondomku dan berbicara,
“Gak apapun kan baru pertama.”
Belum berapakah menit gairahku naik kembali. Saya segera sentuh payudaranya, ini kali ia lebih pandai ia lantas berbicara,
“Gus… saat ini kamu di bawah ya, saya yang di atas.”
saya rebah di bawah, ia perlahan-lahan masukkan penisku ke vaginanya,
“uh… sedap sekali…”, saya mendesah.
Diapun mendesah, Baca : Cerita Dewasa Riil Bercinta dengan 2 Tante Riang
“Ah… ah… nikmat sekali….ah… ah…”
Goyangannya benar-benar hebat, saya sampai merem terbuka, bodinya yang sintal bergoyang di atasku, saya menggenggam payudaranya sekalian kadang-kadang menciumnya,
“ah… sangat nikmat rasanya”, ditengahnya kepuasan itu mendadak ia melafalkanng dan melepas vaginanya sekalian tersengal-sengal.
“Saya belum keluar kok dah usai De?”
“Cape… dan kayanya dah keluar Gus.”
Aku segera menindihnya dan masukkan penisku ke vaginanya dan mengocaknya secara cepat karena tanggung pkirku, pada akhirnya,
“ah…”
Spermaku tumpah, saya segera menarik penis ku keluar dan secara langsung mengeluarka spermaku di perutnya. Dede lantas berbicara,
“Saat ini giliran, saya yang masih belum keluar nih.”
“Yah…”
Saya lantas masukkan jariku ke vaginanya dan mengocaknya.
“ah..ah…ah…ah…”, Dede mendesah keras.
“bagaimana De, sedap kan?”
“sedap banget… ah…ah… ah…”
Mendadak ia merengkuh saya kuat sekali sekalian mencium dada saya sampai cupang.
Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.
Kami masih contact sejumlah minggu, sampai ada satu peristiwa buruk yang saya dan ia alami. Kami menonton di bioskop berdua dan disudut seperti umumnya, seterusnya kami berciuman, lantas tanganku bergerilya ke selangkangannya, tangan ia juga sama. Saya masukkan tanganku ke vaginanya dan tangannya mulai mengocak penisku
“Ah… ah… ah…” Desahan kami berdua memiliki irama.
Pada akhirnya tanganku berasa basah dan ia melafalkanng… Saya benar-benar belum keluar tetapi film terburu usai. Di perjalanan pulang pada akhirnya kami ribut, karena ia ingin pisah dariku dan kembali lagi ke tunangannya. Saya berusaha bela diri tetapi ia telah berketetapan.
Pada akhirnya kami pisah dan saya sebelumnya tidak pernah berjumpa sama dia hingga kemudian ia menikah dengan tunangannya yang penari.