Cerita Sex Perkosa Lydia Di kamar Mandi

Bokep Foto2018 Lega rasanya saya menyaksikan pagar rumah kosku sesudah terjerat dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik arlojiku yang memperlihatkan jam 21.05 yang bermakna saya sudah habiskan waktu satu jam terjerat dalam arus lalu-lintas Jakarta yang demikian menakutkan. Sesudah memarkir mobilku, segera saya ke arah kamarku dan secara langsung menghempas badan penatku ke tempat tidur tanpa sebelumnya sempat kembali tutup pintu kamar.

Barusan mataku tertutup, mendadak saja saya dikejuti oleh ketukan pada pintu kamarku yang dibarengi pekikan keras dari suara yang sangat saya mengenal.
“Ko, lo baru pulang yah?” gelegar suara Voni memaksakan mataku untuk melihat asal suara tersebut.
“iya, memang ada apakah sich berteriak-teriak?” jawabku sewot sekalian mengucek-ucek mataku.
“Ini saya ingin kenalin ponakan saya yang baru datang dari Bandung” jawabannya sekalian tangan kirinya tarik tangan seorang cewek masuk ke dalam kamarku.

Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.

Kuperhatikan cewek yang disebutkan Voni sebagai ponakannya itu, sekalian tersenyum saya memberikan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko”
“Lydia” jawabannya singkat sekalian tersenyum kepadaku.
Sekalian membalasnya senyumnya yang manis itu, mataku merasakan sosok badan dengan tinggi kurang lebih 165 cm, meskipun dengan perawakan sedikit montok tetapi kulitnya yang putih bersih seolah tutupi sisi itu.

“Riko ini kawan dekat saya yang kerap saya ceritain ke kamu” celetukan Voni ke Lydia.
“Oh..”
“Nach, saat ini kan loe berdua sudah tahu nama masing-masing, lain waktu kalau bertemu kan dapat sama-sama panggil, saya ingin mandi dahulu yah, daag..” kata Voni sekalian jalan keluar kamarku.
Saya menyikapi pengucapan Voni baru saja dengan kembali tersenyum ke Lydia.
“Elok ponakan Voni ini” pikirku dalam hati.
“Lydia ke Jakarta buat berlibur yah?” tanyaku padanya.
“Iya, masalahnya bosen di Bandung terus-terusan” jawabannya.
“Loh, memang kamu tidak kuliah?”
“Tidak, setelah SMA saya hanya bantu-bantu Papah saja, malas sich kuliah.”
“Gagasannya berapakah lama di Jakarta?”
“Yah.. sekitaran dua minggu dech”
“Riko saya ke kamar Voni dahulu yah, ingin mandi ”
“Oke dech”

Sekalian tersenyum kembali ia jalan keluar kamarku. Saya melihat punggung Lydia yang jalan perlahan ke kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang kelihatan terang dari kembali kaos putih ketat yang membaluti badannya yang cukup gede itu sekalian memikirkan dadanya yang montok tersebut. Sesudah tutup pintu kamarku, kembali kurebahkan badanku ke tempat tidur dan cuma dalam sekejab saja saya telah lelap.

“Ko, bangun donk”
Saya buka lagi mataku dan memperoleh Voni yang duduk di pinggir ranjangku sekalian menggoyahkan lututku.
“Ada apakah sich?” tanyaku dengan suara sewot sesudah untuk ke-2 kalinya dibangunkan.
“Kok geram-marah sich, sudah bagus saya bangunin. Simak sudah jam berapakah masih belom mandi!”
Saya melihat ke jam dindingku sesaat.
“Jam 11, memang mengapa kalau saya belum mandi?”
“Kan loe janji ingin ngetikin pekerjaan saya kemaren”
“Aduh Voni.. kan dapat esok..”
“Tidak dapat, kan kumpulnya esok pagi-pagi”
Saya segera bangun dan ambil perlengkapan mandiku tanpa mempedulikan omongan yang tetap keluar mulut Voni.
“Ya sudah, saya mandi dahulu, loe hidupin tuch computer!”

*****

Tulisan di monitor komputerku kelihatannya mulai kabur di mataku.
“Edan, sudah jam 1, pekerjaan sialan ini belum usai ” gerutuku dalam hati.
“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketuk di luar.
“Masuk!” teriakku tanpa melihat ke sumber suara.
Kedengar suara pintu yang dibuka dan ditutup kembali dengan keras hingga membuatku pada akhirnya melihat . Terkejut waktu kudapati rupanya yang masuk ialah Lydia.
“Eh maaf, tutupnya terlampau keras” sekalian tersenyum malu ia buka pembicaraan.
“Loh, kok belum tidur?” dengan bingung saya melihatnya kembali.
“Iya nih, tidak tahu mengapa tidak dapat tidur”
“Voni mana?” tanyaku kembali.
“Dari barusan sudah tidur kok”
“Saya dengar dari ia ucapnya elo kembali buatkan pekerjaannya yah?”
“Iya nih, tetapi belum usai, sedikit kembali sich”
“Memang ngetikin apaan sich?” sekalian menanyakan ia dekatiku dan berdiri pas selain kursiku.

Baca Juga:  Cerita Sek Dewas Pengalaman sex pertamaku saat SMP

Saya tidak menjawab karena mengetahui badannya yang dekat dengan mukaku dan posisiku yang duduk di atas bangku membuat kepalaku ada pas dari sisi dadanya. Dengan melihatkan kepalaku sedikit ke kiri, saya bisa menyaksikan lengannya yang mulus karena ia cuma menggunakan pakaian tidur mode tanpa lengan. Saat ia mengusung tangannya untuk membereskan rambutnya, saya bisa menyaksikan juga sedikit sisi dari BHnya yang saat ini warna krem muda.

“Busyet.. loe wangi sangat, pakai minyak wangi apa nih?”
“Bukan minyak wangi, lotion saya kali”
“Lotion apaan, membuat terangsang nih” candaku.
“Bodi Shop White Musk, kok membuat terangsang sich?” tanyanya sekalian tersenyum kecil.
“Iya nih betulan, terangsang saya nih jadi”
“Masa sich? bermakna saat ini sudah terangsang donk”
Cukup kaget saya dengar pertanyaan tersebut.
“Jangan-jangan ia kembali memancing saya nih..” pikirku dalam hati.
“Emangnya loe tidak takut kalau saya terangsang sama elo?” tanyaku main-main.
“Tidak, memang loe kalau terangsang sama saya berani ngapain?”
“Saya cium loe nanti” kataku membulatkan tekad.
Tanpa kusangka ia mengambil langkah dari samping kiri ke depanku hingga ada di tengah bangku tempat saya duduk dengan meja komputerku.
“Betulan berani cium saya?” tanyanya dengan senyuman nakal di bibirnya yang imut.
“Wah peluang nih” pikirku kembali.

Saya bangun berdiri dari dudukku sekalian menggerakkan kursiku sedikit ke belakang hingga sekarang saya berdiri sama persis di hadapannya.
Sekalian dekatkan mukaku ke mukanya saya menanyakan ” Benar nih tidak geram kalau saya cium?”
Ia cuma tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa berpikir panjang kembali saya selekasnya mencium halus bibirnya. Lydia pejamkan matanya saat terima kecupanku. Kumainkan ujung lidahku perlahan di dalam mulutnya untuk cari lidahnya yang selekasnya bertaut dan sama-sama putar saat berjumpa. Sentuhan erotis yang kudapat membuat saya makin bernafsu dan secara langsung menghujani bibir halus itu dengan lidahku.

Sekalian terus menjajah bibirnya saya membimbing perlahan Lydia ke tempat tidur. Dengan mata tetap terpejam ia menurut saat kubaringkan di ranjangku. Erangan lembut yang didesahkan olehnya membuatku makin bergairah dan selekasnya saja lidahku beralih tempat ke sisi leher dan turun ke tempat dadanya.

Sesudah melepaskan pakaiannya, ke-2 tanganku yang khususupkan ke punggungnya repot cari hubungan BH-nya dan selekasnya saja kulepas demikian saya dapatkan. Dengan 1 tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil selekasnya terpajang cantik dimukaku. Kuremas perlahan dua susunya yang lebih besar tetapi sayang tidak demikian kenyal hingga berkesan sedikit benyek.

Puting susunya yang imut tidak lepas dari gempuran lidahku. Tiap saya jilati puting imut itu, Lydia mendesah perlahan dan itu membuatku makin terangsang saja. Entahlah bagaimana berita penisku yang sejak dari barusan sudah tegak berdiri tetapi terjepit antara celanaku dan selangkangannya.
Putingnya yang kecil sedikit merepotkan bagiku saat mengisap berganti-gantian dari toket kiri ke toket kanannya, tetapi desahan dan beberapa gerakan badannya yang mengisyaratkan ia terangsang membuatku tidak kuat agar selekasnya bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Tetapi saat saya akan melepaskan celananya, mendadak saja ia meredam tanganku.
“Jangan Riko!”
“Mengapa?”
“Jangan terlampau jauh..”
“Wah, saat stop setengah-setengah, nanggung nih..”
“Dasarnya tidak bisa” 1/2 berteriak Lydia bangun dan duduk di tempat tidur.
Kusaksikan dua susunya tergantung dengan anggunnya di hadapanku.
“Kasihan ama ini nih, sudah berdiri dari barusan, saat diminta bobo kembali?” tanyaku sekalian menunjuk ke penisku yang membusung mencolok dari kembali celana pendekku.

Baca Juga:  Kisah Daun Muda Puting Kembang Desa

Tanpa kusangka kembali, mendadak saja Lydia merosoti celanaku plus celana dalamku sekaligus.
Saya cuma diam saat ia lakukan hal tersebut, pikirku mungkin ia berbeda pikiran.
Tapi rupanya ia selanjutnya memegang penisku dan dengan perlahan mengocak penisku turun naik dengan irama yang teratur.

Saya menyandar badanku pada dinding kamar dan tetap dengan posisi jongkok di depanku Lydia tersenyum sekalian terus mengocak tangkai penisku tapi makin lama makin cepat.
Napasku mengincar kuat dan jantungku berdegub makin tidak teratur dibikinnya, meskipun saya seringkali masturbasi, tetapi pengalaman dikocak dengan seorang cewek ialah yang pertama buatku, ditambah lagi dengan panorama dua susu montok yang turut bergoyang karena pergerakan pemiliknya yang menocok penisku berganti-gantian dengan tangan kiri dan kanannya.

“Lyd.. ingin keluar nih..” lirih kataku sekalian pejamkan mata menghayati kepuasan ini.
“nanti, tahan dahulu Ko..”jawabannya sekalian melepas kocokannya.
“Loh kok dilepaskan?” tanyaku terkejut.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia dekatkan dadanya ke penisku dan tanpa sebelumnya sempat saya menerka tujuannya, ia menjepit penisku dengan 2 susunya yang lebih besar tersebut. Kesan hebat saya peroleh dari penisku yang diapit oleh dua gunung kembar itu membuatku terperanjat meredam napas. Saat sebelum saya sebelumnya sempat melakukan tindakan apapun, ia mengocak lagi penisku yang terjepit antara dua susunya yang sekarang ditahan memakai ke-2 tangannya.

Ini kali semua urat-urat dan beberapa sendi di sekujur badanku juga ikut rasakan kepuasan lebih besar dibanding kocokan dengan tangannya barusan. Baca : Cerita Dewasa Riil Dahsyatnya Nafsu Tanteku

“Sedap tidak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sekalian melihat mataku.
“Edan.. sedap sekali Sayang.. terus kocok yang kuat..”
Tanganku yang bebas kugerakkan mengarah pahanya yang mulus. Kadang-kadang putar arah ke sisi belakang untuk rasakan bokongnya yang halus.
“Ahh.. ohh..” desahnya perlahan sekalian pejamkan lagi matanya.
Kocokan dan capitan susunya yang makin keras makin membuatku lupa dataran.
“Lyd.. saya keluar..”

Tidak dapat kutahan kembali semburan lahar panasku yang kental selekasnya menyemburkan keluar dan membasahi lehernya dan beberapa tempat dadanya. Semua badanku lemas saat itu juga dan cuma dapat bertumpu pada dinding kamar. Saya melihat nanar ke Lydia yang waktu itu bangun berdiri dan cari tissue untuk bersihkan sisa spermaku. Saat temukan apa yang dicari, sekalian tersenyum kembali ia menanyakan

“Kamu senang tidak”
Saya menggangguk sekalian membalasnya senyumnya.
“Jangan katakan siapa saja yah, apalagi sama Voni” ucapnya mengingatkanku sekalian menggunakan lagi BH dan pakaiannya tadi kulempar entahlah ke mana.
“Iyalah.. saat saya bilang-bilang, kelak kamu tidak mau kembali ngocokin saya”
Lydia lagi cuma tersenyum padaku dan sesudah menyisir rambut panjangnya ia juga bergerak ke arah pintu.”Saya beres-beres dahulu yah, setelah itu ingin bobo” katanya saat sebelum buka pintu.
“Thanks yah Lyd.. esok ke sini kembali yah” balasku sekalian melihat pintu yang selanjutnya ditutup lagi oleh Lydia.

Saya pejamkan mata sesaat untuk ingat peristiwa yang baru saja berakhir, mimpi apa saya tadi malam dapat mendapatkan peruntungan semacam ini. Tidak sabar saya menanti esok datang, siapa yang tahu rupanya dapat memperoleh lebih dari ini. Mungkin satu saat saya dapat rasakan kepuasan dari lubang surga Lydia, yang jelas saya harus ingat untuk menyiapkan kondom di kamarku dahulu..